Asal Usul Istilah "Batu" Jejak Legendaris Penanda Tempat di Kota Lama Tanjungpinang
0 menit baca
![]() |
| Istilah Batu dimulai dari Batu Nol di kawasan Kota Lama Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Penyebutan Istilah Batu yang Membentuk Identitas Kota
Kota Lama Tanjungpinang terkenal bukan hanya karena jejak historis yang panjang, tetapi juga karena keunikan istilah Batu. Penyebutan lokal yang legendaris.
Penggunaan istilah Batu sebagai penanda lokasi sekaligus pengganti satuan kilometer yang masih melekat kuat dalam percakapan sehari-hari.
Meski akrab di telinga, tidak banyak yang mengetahui secara pasti kapan istilah Batu mulai digunakan sebagai rujukan penanda lokasi di Tanjungpinang.
Sejumlah kalangan meyakini, istilah Batu telah populer sejak awal abad ke-20. Seiring berkembangnya sistem penataan jalan dan transportasi di Tanjungpinang.
Dari Batu Nol hingga Batu 15, istilah Batu kemudian membentuk semacam sistem penunjuk arah tidak resmi. Namun menjadi identitas khas Kota Lama Tanjungpinang.
Penggunaan istilah Batu sejatinya tidak hanya dikenal di Tanjungpinang. Di Malaysia dan Singapura, istilah serupa juga digunakan untuk menandai jarak.
Kedekatan geografis, hubungan historis dan budaya yang erat antara wilayah serumpun itu, turut mempengaruhi pola penamaan lokasi di Tanjungpinang.
Peneliti BRIN Dedi Arman, menyebut bahwa istilah Batu memang telah lama menjadi penanda jarak atau lokasi di kawasan Semenanjung Malaysia.
Menurut catatannya, praktik ini mulai dikenal luas di Tanjungpinang sejak awal abad ke-20 dan berkembang seiring intensitas interaksi antardaerah serumpun.
Kemudian adanya ikatan sosial kuat antara masyarakat Tanjungpinang dan Malaysia, ditambah dengan historis kebersamaan dalam Kesultanan Riau Lingga.
"Kedekatan itu terjadi sebelum pemisahan administratif pasca Traktat London 1824 yang turut memperkokoh penggunaan istilah Batu," sebut Dedi.
Sebagai perbandingan, di beberapa wilayah lain seperti Jambi dan Palembang, dikenal pula istilah Pal sebagai penanda jarak.
"Kata ini berasal dari bahasa Belanda. Paal yang berarti tiang, merujuk pada tonggak penanda jalan pada masa kolonial," kata Dedi.
Batu sebagai Penanda Fisik
Untuk memperjelas batas dan jarak lokasi, pemerintah tempo dulu membangun penanda fisik berupa batu semen berbentuk persegi berwarna kuning.
Pada batu itu tercantum angka kilometer, sekaligus informasi jarak antara titik satu dengan lainnya. Termasuk jarak ke Kijang dan Tanjunguban yang saat itu, masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Riau.
Setiap penanda batu itu berfungsi sebagai acuan navigasi ke suatu lokasi atau tempat di Tanjungpinang sekaligus sebagai simbol penataan ruang kota.
Titik Nol hingga Batu 15
Rangkaian penamaan Batu di Tanjungpinang, mulai dari Batu Nol atau Titik Nol Kilometer. Lokasinya di Jalan Merdeka, Kota Lama Tanjungpinang.
Penanda Batu Nol tepat berada di samping Gedung Daerah dan berhadapan langsung dengan pintu keluar Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang.
Berikut sebaran kawasan berdasarkan istilah Batu:
- Batu 1: Meliputi Jalan Ketapang, Kampung Tambak dan Jalan Bakar Batu. Penandanya berada di halaman rumah warga di tepi Jalan Bakar Batu, tepat berseberangan dengan Kantor PLN.
- Batu 2: Mencakup Jalan Brigjen Katamso, Pompa Air, Hutan Lindung hingga MT Haryono. Batu penanda masih terlihat di depan supermarket Bintang Rezeki.
- Batu 3: Kawasan luas meliputi MT Haryono, Kampung Tarandam, Kampung Legok hingga Tanjungunggat. Penandanya sudah tidak ditemukan, namun diyakini dahulu berada di sekitar Mako Polsek Bukit Bestari.
- Batu 4: Meliputi Jalan Sutami, Basuki Rahmat, Raja Ali Haji, Pemuda hingga Ahmad Yani. Batu penanda tersembunyi di depan kompleks Distrik Navigasi di MT Haryono.
- Batu 5: Mencakup Jalan Gatot Subroto, Rawasari, Sultan Sulaiman Kampung Bulang hingga Anggrek Merah. Penandanya berada di seberang Gang Putri Mayang Sari, kawasan Batu 5.
- Batu 6: Membentang dari Gatot Subroto hingga Kijang Lama serta sebagian DI Panjaitan dan Jalan Kuantan. Penandanya terletak di seberang Gang Raudhah, Perumahan Bumi Intan Sari.
- Batu 7: Meliputi Jalan DI Panjaitan, Kijang Lama, Harmoko, Transito hingga Jalan Peralatan. Penandanya tidak lagi ditemukan, namun diyakini berada di sekitar wilayah tersebut.
- Batu 8: Berada di sepanjang Jalan Raja Haji Fisabilillah, Hanjoyo Putro dan Dompak. Penandanya masih ada di depan SPBU Batu Delapan Atas.
- Batu 9: Kini dikenal sebagai kawasan Bintan Center yang telah menjelma menjadi pusat aktivitas kota. Penandanya tidak lagi terlihat.
- Batu 10 – Batu 11: Membentang di sepanjang Jalan Raya Tanjunguban dan kawasan Jalan Ganet Tanjungpinang.
- Batu 12 – Batu 15: Terletak di kawasan yang luas sepanjang Jalan WR Supratman hingga perbatasan di Batu 16 Bintan.
Warisan Penanda Ruang Kota
Meski sebagian besar batu penanda fisik telah hilang atau tertimbun pembangunan, istilah Batu tetap hidup dalam narasi dan memori kolektif masyarakat Tanjungpinang.
Batu penanda itu tidak hanya sekadar menjadi penunjuk arah, tetapi juga simbol historis, identitas, serta cara khas masyarakat menamai tempat atau lokasi di perkotaan.
Sejak tempo dulu hingga kini, istilah Batu masih menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengucapan sehari-hari masyarakat Tanjungpinang.
Penyebutan istilah Batu itu juga menyambungkan Tanjungpinang tempo dulu dan Tanjungpinang masa kini dalam satu garis penanda yang legendaris. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar

