Langit Jingga Terindah di Kota Klasik, Memori Senja Tepi Laut Tanjungpinang
![]() |
| Memori dan hangatnya suasana senja langit jingga di Tepi Laut Tanjungpinang, 2002 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Menikmati Tepi Laut Tanjungpinang yang Penuh Kehangatan
Ketika mentari perlahan mulai tenggelam di ufuk barat tepi laut Tanjungpinang, langit menunjukkan keindahan dan pesonanya.
Langit jingga di tepi laut Tanjungpinang, seolah-olah menjadi panggung bagi senja untuk memunculkan warna jingga emas.
Warna langit jingga tepi laut Tanjungpinang seolah menari-nari. Membingkai wajah Tanjungpinang yang klasik.
Di tepi laut Tanjungpinang, waktu seolah-olah berhenti, memberi ruang bagi siapa pun, tenggelam dalam nostalgia tempo dulu.
Selain itu, langit jingga di ujung cakrawala, menghadirkan panorama yang tidak sekadar indah, tapi juga penuh kehangatan.
Baca Juga: Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama
Mengaduk nostalgia bagi siapa pun yang pernah melangkah dan berhenti sejenak di tepi laut kota klasik Tanjungpinang ini.
Tepi laut Tanjungpinang tidak sekadar ruang publik di alam terbuka. Ia adalah tempat historis, keindahan, kenangan yang melebur menjadi satu.
Di sepanjang jalan yang membentang dari tepi laut Tanjungpinang, cerita tempo dulu akan berpadu dengan dinamika kehidupan modern.
Tidak hanya itu, tepi laut Tanjungpinang yang merupakan bagian dari dermaga lama, menjadi pintu masuk utama ke Pulau Bintan.
Baca Juga: Kisah Lorong Klasik dan Memori Tempo Dulu di Kota Lama Tanjungpinang
Di sinilah kapal-kapal dagang dan kapal penumpang bersandar, membawa kisah baru dari berbagai penjuru.
Seiring berjalannya waktu, kawasan tepi laut pun ditata ulang, namun dengan nuansa klasik yang tetap terjaga.
Di antara riuhnya pembangunan, tepi laut tetap mempertahankan ruh klasik. Sebuah tempat di mana waktu dan kenangan bersatu.
Di sinilah, setiap langkah terasa seperti perjalanan kembali ke tempo dulu, ketika laut menjadi saksi dari setiap kisah yang lahir dan berlalu.
Bagian dari Memori yang Tetap Hidup
![]() |
| Suatu senja di Tepi Laut Tanjungpinang, 2002 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Tentang kapal-kapal kayu dan kapal dagang yang pernah bersandar di dermaga. Tentang pertemuan yang kini tersisa dalam memori.
Dari tepi jalan yang menghadap ke laut, siluet pulau kecil di kejauhan yang tampak samar, semua itu bagai lukisan alam yang tidak pernah pudar.
Banyak pula yang membawa tikar dan membawa bekal dari rumah. Kesederhanaan ini menjadikan tepi laut sebagai tempat piknik sederhana.
Anak-anak berlarian di taman, sementara warga lain duduk di atas rumput memandangi cakrawala sambil menikmati senja.
Para pedagang kaki lima menyiapkan dagangan, melayani pembeli dan turut menghiasi sore di tepi laut Tanjungpinang.
Baca Juga: Gedung Gonggong, Ikon Kota Lama Tanjungpinang yang Mulai Terlupakan
Semuanya saling berbagi cerita sambil menghadap laut menunggu turunnya senja. Kemudian larut dalam pesona langit jingga di tepi laut.
Kebersamaan itu kemudian berpadu dalam sebuah harmoni senja dan pesona langit jingga yang lembut, menciptakan nuansa klasik.
Tepi laut Tanjungpinang memang punya pesona di kala senja. Cahaya lampu bersanding dengan langit jingga, turut menciptakan aura tempo dulu.
Waktu seolah-olah berjalan lebih pelan, memberi ruang bagi siapa pun untuk merenung dan mengenang tempo dulu.
Bahkan mungkin jatuh cinta sekali lagi pada Kota Tanjungpinang, pada senja dan pada kenangan yang tidak terlupakan.
Saat malam akhirnya turun dan senja mulai sirna, yang tersisa hanyalah pantulan cahaya dari permukaan air laut yang tenang dan penuh makna.
Begitulah tepi laut Tanjungpinang. Tempat di mana langit jingga dan laut berpadu. Senja yang menyimpan kisah yang tidak pernah habis untuk diceritakan. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa


