Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969
![]() |
| Jejak rasa kuliner klasik khas Kota Lama Tanjungpinang yang melegenda sejak 1969. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Kuliner Klasik Legendaris yang Terinspirasi Momen Historis Peluncuran Apollo 11
Di bawah teriknya matahari Kota Tanjungpinang, tersimpan satu racikan kuliner klasik yang menyegarkan sekaligus menghidupkan kembali memori tempo dulu.
Kuliner klasik legendaris itu adalah satu minuman yang khas dan ikonik. Minuman yang telah menemani perjalanan cita rasa masyarakat Tanjungpinang, sejak 1969.
Tidak banyak yang tahu, di sebuah kedai sederhana merangkap sebagai rumah tinggal di Jalan Ahmad Yani Batu 5 Atas, tersaji kuliner klasik khas tempo dulu.
Berkat resep asli dan cita rasa yang autentik, kuliner klasik legendaris itu meriah penghargaan dan dinobatkan sebagai Produk Kuliner Ikon Kota Tanjungpinang.
Kuliner klasik itu adalah es apollo. Minuman pelepas dahaga. Kedai kecil itu telah sejak lama menjadi persinggahan favorit para pecinta cita rasa kuliner klasik.
Baca Juga: Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
Es apollo bukan sekadar minuman dingin. Setiap tegukannya menghadirkan sensasi manis yang lembut dan dingin yang menenangkan tenggorokan.
Selain itu, rasa es apollo seolah-olah membawa kembali penikmatnya ke masa kanak-kanak. Sebuah pengalaman yang menyentuh rasa para pelanggannya.
“Minum es apollo rasanya seperti kembali ke tempo dulu. Dahulu sepulang dari Madrasah, kami selalu beli es apollo,” kata Nurlailis (51), warga Jalan Kemboja Tanjungpinang.
Menikmati es apollo di kedai kecil itu, siapa saja akan ditemani cita rasa yang khas. Tidak lupa pula senyuman dan tatapan hangat dari pemilik kedai yang masih setia melayani.
"Rasa segarnya sedikit berbeda dari minuman lain. Manis dan mengenyangkan karena ada tapainya. Tidak bisa diungkap lah rasanya," ujar Nurlailis.
Resep Turun-temurun Tetap Terjaga
![]() |
| Es Apollo, kuliner klasik khas Kota Lama Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Namun bukan kisah luar angkasa yang menjadikannya abadi, melainkan kesetiaan pada resep warisan turun-temurun yang dijaga hingga kini.
Pemilik kedai, Hardi atau yang akrab disapa Ujang (67), menuturkan bahwa es apollo mirip dengan es campur, hanya racikan yang memberi rasa yang berbeda.
Es apollo, ungkap Hardi, terdiri dari santan segar racikan khas, susu lemak manis, tapai, roti potong, agar-agar dan cendol tepung beras.
"Dicampur gula merah cair serta kacang polong. Di atasnya ditambahkan serutan es menyerupai gunung kecil biar tampak menggoda,” ungkapnya.
Baca Juga: Jejak Perjalanan Detik dan Waktu Kedai Klasik di Kota Lama Tanjungpinang
Hardi menambahkan, keunikan rasa es apollo terletak pada racikan santan dan gula yang dibuat secara khusus, mengikuti resep turun-temurun dari orang tuanya.
“Dahulu banyak yang jual es seperti ini, tapi cita rasanya berbeda. Kami tetap mempertahankan resep lama,” jelasnya.
Hardi mengenang masa kecilnya yang akrab dengan aktivitas membantu orang tua berjualan es apollo di kawasan Kota Lama Jalan Ketapang.
Sepulang sekolah, Hardi mengaku belajar meracik bahan-bahan es apollo hingga akhirnya ia dipercaya orangnya untuk meneruskan usaha tersebut.
Baca Juga: Nostalgia di Tangga Batu Alam Legendaris Kawasan Kota Lama Tanjungpinang
Seiring waktu, kedai ini mengalami beberapa kali pindah lokasi. Pada 1982, berpindah ke kawasan Tangga Batu yang diapit Jalan Diponegoro, Sunaryo dan Kemboja.
Tahun 2009, kedai ini berada di kawasan pertokoan Jalan Basuki Rahmat, sebelum akhirnya kedai pindah menetap di Jalan Ahmad Yani Batu 5 Atas, pada 2013.
“Alhamdulillah, dari jualan es apollo ini kami bisa menyekolahkan anak-anak sampai sarjana,” ungkap Hardi dengan nada syukur.
Hardi menceritakan, awalnya minuman ini hanya disebut sebagai es campur tanpa nama. Orang tuanya berdagang es campur tanpa itu tanpa merek.
Baca Juga: Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu
Namun nama ‘Apollo’ muncul setelah orang tuanya terinspirasi dari pemberitaan terkait keberhasilan roket Apollo 11 yang mendarat di bulan pada 1969.
Jadi kedai es apollo itu berdiri pada tahun 1969. Nama ‘Apollo’ sendiri diilhami dari euforia dunia terhadap keberhasilan misi Apollo 11 yang mengantarkan manusia ke bulan.
“Dari situlah nama 'Es Apollo Tempoe Doeloe Sejak 1969' dipakai sampai sekarang,” ujarnya tersenyum.
Lebih dari sekadar minuman, Es Apollo Tempo Doeloe Sejak 1969, telah merawat rasa autentik dan kenangan serta menjadi identitas kuliner Tanjungpinang hingga hari ini.
Harga Ramah, Diminati Masyarakat hingga Pejabat
Menariknya, pelanggan es apollo tidak hanya berasal dari masyarakat umum. Sejumlah tokoh penting di Tanjungpinang juga mencicipi kuliner klasik ini.
“Almarhum Pak Sani, mantan Gubernur Kepri, sering pesan. Pak Ansar juga kerap singgah di sini, minum es apollo” tutur Hardi.
Soal harga, es apollo tetap ramah di kantong. Satu gelas dibanderol hanya Rp8 ribu. Sedangkan untuk dibawa pulang, dibanderol dengan harga Rp12 ribu.
Baca Juga: Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama
"Murah saja. Bagi yang mau coba cita rasa tempo dulu, ayo coba minum es apollo," ajak Hardi.
Atas dedikasi menjaga eksistensi minuman legendaris ini, Hardi menerima penghargaan dari Wali Kota Tanjungpinang, Suryatati A Manan pada Festival Kuliner 2011.
Selain itu, berkat kuliner klasik itu, Hardi meraih penghargaan dari Wali Kota Tanjungpinang Syahrul, sebagai Produk Kuliner Ikon Kota Tanjungpinang tahun 2018.
Penulis: Yusnadi Nazar


