Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang

Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
Memori destinasi kuliner legendaris di kota klasik Tanjungpinang, 2008 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Destinasi Kuliner Legendaris yang Tetap Hidup dari Generasi ke Generasi

Lebih dari setengah abad berlalu, sebuah destinasi kuliner legendaris di Tanjungpinang, masih eksis dan setia menemani denyut kehidupan kota selepas senja.

Bukan lewat gemerlap lampu modern, melainkan melalui aroma kopi, kepulan asap makanan, serta memori tempo dulu yang terus terjaga. 

Destinasi kuliner legendaris di Tanjungpinang itu, dikenal luas dengan nama Akau, sebuah sebutan klasik yang telah menjelma menjadi ikon wisata kuliner. 

Kisah Akau sebagai destinasi kuliner legendaris itu bermula pada dekade 1950-an, tepatnya di sudut Jalan Merdeka, kawasan Kota Lama Tanjungpinang. 

Saat itu, berdiri sebuah gerobak kopi sederhana milik seorang pedagang Tionghoa bernama Ajang. Dari gerobak itu, cikal bakal Akau, tumbuh dan perlahan dikenal luas oleh masyarakat.

Nama Akau sendiri memiliki cerita klasik tersendiri. Konon, Akau bukanlah nama tempat, bukan pula tokoh sejarah atau seorang pahlawan. 

Baca Juga: Hikayat Bukit Legendaris di Tanjungpinang, Benteng Alam Tempo Dulu

Sebutan itu berasal dari panggilan akrab masyarakat kepada Ajang. Panggilan itu berdasarkan marga Tionghoa yang disematkan kepadanya. 

Sejak Ajang mulai berjualan kopi sekitar tahun 1959, masyarakat yang singgah kerap menyebut tempat itu, Akau. Dari situlah nama itu melekat dan diwariskan hingga kini.

Seiring waktu, gerobak kopi Ajang menjadi pusat keramaian. Di sekitar lokasi tersebut, hanya beberapa pedagang lain yang berjualan hingga malam hari. 

Namun, popularitas Akau kian meningkat, menarik lebih banyak pedagang lainnya untuk membuka lapak di kawasan Jalan Merdeka Kota Lama Tanjungpinang.

Mayoritas pedagang kala itu merupakan keturunan Tionghoa yang bermukim di sekitar Jalan Merdeka dan Jalan Gambir Tanjungpinang. 

Aktivitas kuliner yang semakin padat, sekitar tahun 1969, pemerintah setempat memutuskan untuk memindahkan pedagang ke Jalan Pos, Kota Lama Tanjungpinang.

Dari Jalan Pos hingga Jalan Potong Lembu

Di lokasi baru inilah kemudian muncul sebutan Akau Lama. Kawasan ini berkembang pesat dan menjadi pusat kuliner malam yang ramai.

Dikunjungi masyarakat lokal maupun pelancong dari berbagai daerah di Kepulauan Riau. Bahkan wisatawan dari Singapura dan Malaysia, berburu kuliner di Akau Lama. 

Akau Lama di Jalan Pos bertahan hampir dua dekade. Namun seiring perkembangan kota dan penataan kawasan, pemerintah kembali merelokasi para pedagang. 

Area tersebut kemudian beralih fungsi menjadi pusat perdagangan, termasuk berdirinya mall pertama di Tanjungpinang yakni Bintan Mall.

Baca Juga: Memori Transpot Klasik Menghiasi Jalanan Kota Tanjungpinang

Memasuki era 1990-an, para pedagang Akau Lama dipindahkan ke lokasi baru di Jalan Potong Lembu, kawasan Batu 1 Tanjungpinang. 

Lokasi baru itu berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi Akau Lama. Dari situlah kemudian muncul nama baru yaitu Akau Potong Lembu. 

Hingga kini, Akau Potong Lembu tetap eksis dan dikenal sebagai salah satu ikon destinasi kuliner legendaris di kota klasik Tanjungpinang. 

Jejak Rasa dan Jejak Historis yang Terjaga

Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
Akau Potong Lembu Tanjungpinang, 2025. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Di Akau Potong Lembu, beragam kuliner khas Tanjungpinang tersedia. Masih dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat seantero Tanjungpinang.

Mulai dari gonggong, mi miskin, haikeng, kwetiau, sotong kering ketok, hingga aneka kuliner populer seperti nasi goreng, sate Padang, mi goreng dan ikan bakar. 

Minuman tradisional pun menjadi daya tarik tersendiri, seperti skoteng, kopi O, kopi susu, teh obeng, serta es cendol yang selalu menjadi pilihan utama para pengunjung Akau. 

Salah seorang pedagang generasi kedua, Abdul Gafar (50) atau yang akrab disapa Apo, menjadi saksi hidup perjalanan panjang Akau. 

Apo meneruskan usaha orang tuanya, Harmaini, yang sejak dulu berjualan sate Padang berdampingan dengan Ajang di Jalan Merdeka Tanjungpinang.

Apo menuturkan, sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah ikut membantu orang tuanya berdagang di Akau Lama Jalan Pos. 


Dari sanalah ia mengenal dan mengetahui betul bagaimana destinasi kuliner legendaris di Tanjungpinang itu, terus berkembang dari waktu ke waktu.

"Nama aslinya Ajang, tapi orang-orang memanggilnya Akau. Beliau jual kopi setiap sore. Orang tua kami berdagang di sebelah mendiang Ajang (Akau)," kenang Apo.

Menurutnya, suasana Akau sejak dulu selalu ramai, terutama menjelang sore dan selepas Magrib. Masyarakat datang berbondong-bondong untuk menikmati kuliner khas. 

"Banyak juga wisatawan dari luar negeri berburu kuliner di Akau Potong Lembu," ungkap Apo. 

Hingga kini, meski banyak bermunculan pusat kuliner modern dan restoran bergaya kekinian, Akau Potong Lembu tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. 

Dengan wajah yang kini lebih tertata, bersih dan nyaman, Akau tetap mempertahankan ruh klasik sebagai ruang berkumpul, nostalgia dan menikmati cita rasa lokal.

Akau bukan sekadar tempat makan. Ia adalah destinasi kuliner legendaris di Tanjungpinang yang terus bertahan di tengah arus zaman yang terus berubah. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar