Hikayat Bukit Legendaris di Tanjungpinang, Benteng Alam Tempo Dulu

Hikayat Bukit Legendaris di Tanjungpinang, Benteng Alam Tempo Dulu
Hikayat bukit legendaris di Tanjungpinang yang menjadi benteng alam tempo dulu. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Menelusuri Jejak Bukit Legendaris sebagai Benteng Pertahanan

Di balik modernisasi Kota Tanjungpinang, masih berdiri sebuah bukit legendaris yang menyimpan kisah perjuangan tempo dulu yang penuh makna. 

Bukit lege ini bukan sekadar bentang alam biasa, melainkan titik strategis tempo dulu yang difungsikan sebagai benteng alami sekaligus pos pengintaian wilayah kerajaan.

Dari ketinggiannya, para penjaga negeri kerajaan tempo dulu, mengawasi laut yang membentang luas. Setiap gerak kapal asing, menjadi pantauan utama.

Kini yang tersisa hanyalah hembusan angin dan jejak waktu yang merekam narasi perjuangan yang pernah hidup di puncak bukit legendaris ini.

Bukit legendaris yang dikenal masyarakat dengan sebutan Kampung Bukit atau Bukit Cermin ini memiliki kedudukan penting dalam jejak historis.

Lokasinya yang berada di kawasan tertinggi, menjadikannya titik ideal untuk memantau lalu lintas laut, terutama pergerakan kapal musuh yang mengarah ke kawasan Hulu Riau.

Baca Juga: Pertempuran Heroik Raja Haji Fisabilillah, Simbol Hari Jadi Kota Tanjungpinang

Penamaan Kampung Bukit atau Bukit Cermin dipengaruhi oleh kondisi geografis yang berada di area perbukitan paling menonjol di Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan cerita lisan masyarakat setempat, kawasan tersebut dinamakan demikian karena dulunya dikelilingi banyak bukit. 

Bukit legendaris bernama Bukit Cermin ini pastinya berada di posisi yang jauh lebih tinggi dibanding wilayah Tanjungpinang dan sekitarnya.

Memasuki era masa kini, Bukit Cermin ini telah mengalami perubahan signifikan. Di puncak bukit berdiri sebuah masjid berwarna kuning berpadu putih. 

Kemudian berdiri dua menara telekomunikasi yang semakin menegaskan posisi kawasan ini sebagai titik tertinggi di Tanjungpinang.

Keberadaan elemen-elemen tersebut, ikut membuktikan dan menguatkan identitas Bukit Cermin dan Kampung Bukit sebagai objek geografis yang alami.

Bukit Cermin Menjadi Pos Pengintaian Strategis Tempo Dulu

Menurut Budayawan Tanjungpinang Yoan Sutrisna Nugraha, sebutan tersebut berkaitan erat dengan historis Kerajaan Riau Lingga Johor Pahang. 

Kerajaan tempo dulu itu pernah mengalami masa jaya sekitar abad ke-18 dengan pusat pemerintahan di Sungai Carang atau Hulu Riau, Tanjungpinang.

Pada masa kepemimpinan Yang Dipertuan Muda ke-IV Raja Haji Fisabilillah, sebuah cermin besar dipasang di puncak bukit sebagai alat bantu pengintaian. 

Cermin berfungsi memperluas jangkauan penglihatan para penjaga perbatasan atau Ribath dalam memantau kapal asing yang mengancam wilayah kerajaan.

Tidak hanya sebagai alat pemantau, cermin besar itu juga dimanfaatkan sebagai media pantul cahaya untuk mengirimkan sebuah kode atau isyarat waspada. 

Baca Juga: Menelusuri Kampung Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang

Kode dari pantulan cermin itu dikirimkan ke Pulau Penyengat, Istana Kota Rebah di Hulu Riau serta kawasan Sungai Carang tempat para hulubalang bermukim.

"Sejak dibangunnya cermin besar tersebut, kawasan ini kemudian dikenal luas sebagai Bukit Cermin," terang Yoan.

Peran strategis Bukit Cermin sebagai benteng pertahanan tempo dulu ini, turut diperkuat dan juga tercatat dalam literatur historis. 

Berkat pengawasan para Ribath di Bukit Cermin, kapal Inggris 'Betsy' berhasil ditangkap oleh armada laut Raja Haji Fisabilillah, 15 Januari 1782.

"Pengawasan Ribath ini tercatat dalam buku 'Sejarah Melayu' karya Ahmad Dahlan," ungkap Yoan. 

Namun demikian, pada masa penjajahan kolonial, versi penamaan Bukit Cermin mengalami perubahan dan pergeseran makna. 

Baca Juga: Jejak Pulau Legendaris di Tanjungpinang dalam Lintasan Waktu

Menurut cerita rakyat, ungkap Yoan, kawasan Bukit Cermin atau Kampung Bukit ini sempat ditinggalkan penduduk dan dipenuhi pepohonan besar. 

Saat hujan turun, air yang menempel di dedaunan memantulkan cahaya hingga tampak berkilau. Fenomena ini disebut orang Belanda sebagai spie atau cermin.

"Dari sinilah kemudian istilah Bukit Cermin kembali diperkuat oleh penyebutan orang Belanda," jelas Yoan.

Saat ini, Bukit Cermin juga populer dengan sebutan Puncak dan telah berkembang menjadi kawasan permukiman padat. 

Meskipun demikian, nilai historis dan nilai perjuangan tempo dulu, tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan para pecinta sejarah.

Bukit Cermin Raih Penghargaan Nasional

Dari kawasan ini, masyarakat dapat menikmati panorama Gunung Bintan, Sungai Carang serta pemandangan ribuan rumah panggung di atas laut. 

Selain itu, saat berada di puncak tertinggi di Tanjungpinang ini, masyarakat akan melihat berbagai aktivitas perkapalan yang menjadi denyut ekonomi kota.

Akses menuju Bukit Cermin cukup mudah. Dapat ditembus dari berbagai arah. Bisa melalui Kampung Melati dan Gang Melur Jalan Kemboja. 

Selain itu, bukit legendaris ini dapat ditembus melalui Jalan Sunaryo hingga kawasan Dr Sutomo, Ir Juanda, Jalan Borobudur dan Brigjen Katamso.

Kini, Bukit Cermin resmi menjadi salah satu kelurahan di Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang, Kepri. 

Baca Juga: Asal Usul Istilah "Batu" Jejak Legendaris Penanda Tempat di Kota Lama Tanjungpinang

Bukit legendaris ini kini menjadi permukiman padat dan dihuni oleh masyarakat Melayu serta masyarakat dari beragam latar belakang etnis dan budaya. 

Tidak hanya punya nilai historis, Bukit Cermin juga mencatat prestasi. Salah satu RW di Kelurahan ini, dinobatkan sebagai Kampung Iklim pertama di Kepri.

RW di Kelurahan Bukit Cermin itu meraih  meraih penghargaan Proklim Lestari 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Penghargaan tersebut menjadi bukti nyata keberhasilan masyarakat bukit legendaris itu dalam menjalankan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara terpadu. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar