Sepak Terjang Panglima Perang Legendaris Tanjungpinang, Didaulat Jadi Pahlawan Indonesia
0 menit baca
![]() |
| Monumen panglima perang legendaris Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang, 2001 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Mengenang Panglima Perang Legendaris, Sosok Penjaga Tanah Melayu
Pada riuh gelombang laut dan lalu-lalang kapal di perairan Tanjungpinang, tersimpan nama seorang panglima perang legendaris.
Keberanian panglima perang legendaris bersama pasukannya melawan musuh, tersiar sejak masa tempo dulu hingga ke masa kini.
Panglima perang legendaris itu bukan sekadar figur heroik yang namanya menghiasi bandara internasional dan monumen kota.
Baca Juga: Identitas Sejarah Kota Lama Tanjungpinang, Menjadi Simbol Perjuangan Rakyat Raih Kemerdekaan
Namanya menjelma menjadi simbol keberanian, keteguhan dan semangat mempertahankan martabat bangsa Melayu tempo dulu.
Sosok panglima perang legendaris itu adalah Raja Haji Fisabilillah. Pejuang yang bertempur bukan demi tahta, melainkan menjalankan jihad Fisabilillah.
Bersama pasukannya, sang panglima perang legendaris itu, dengan gagah berani, membela kebenaran dan menjaga kehormatan tanah Melayu.
Jejak Awal Sang Panglima Perang Legendaris
Lahir di Hulu Riau, Tanjungpinang dan tumbuh di lingkungan Kesultanan Riau Lingga, Raja Haji Fisabilillah ditempa dalam budaya Melayu yang dinamis.
Pendidikan keagamaan, wawasan kepemimpinan dan hubungan antar kerajaan di Nusantara, membentuk karakter dan naluri militernya.
Sebagai Yang Dipertuan Muda Riau, ia memegang peran penting menjaga pertahanan wilayah strategis di Selat Malaka.
Pada masa kerajaan tempo dulu, Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional yang menjadi rebutan bangsa-bangsa asing.
Ketegangan kian meningkat ketika kolonial berupaya memperkuat dominasi ekonomi dan militer di kawasan Selat Malaka.
Di tengah tekanan itu, Raja Haji Fisabilillah memilih berdiri di garis depan, tidak gentar mengangkat senjata demi menjaga harga diri bangsanya.
Perang Riau dan Semangat yang Tidak Pernah Padam
Puncak perjuangan sang panglima perang legendaris itu, terjadi dalam Perang Riau pada rentang tahun 1782 hingga 1784.
Armada perang yang dipimpinnya berpangkalan di Pulau Bayan, Pulau Penyengat hingga Bukit Cermin Tanjungpinang.
Pertempuran memanas ketika kapal-kapal musuh mencoba masuk dan mendominasi daerah dan perairan Kerajaan Riau Lingga.
Meskipun usianya telah senja kala itu, Raja Haji Fisabilillah tetap memimpin langsung, bertakbir dan mengobarkan semangat juang para pasukannya.
Selama hampir dua tahun, pasukannya berhasil menahan bahkan memukul mundur musuh yang ingin menguasai tanah Melayu.
Hingga meraih kemenangan besar ditandai dengan hancurnya kapal komando lawan bernama Malaka's Wal Faren.
Tidak hanya itu, sang panglima perang legendaris bersama pasukannya, berhasil memukul mundur armada musuh dari perairan Tanjungpinang.
“Pertempuran heroik di perairan Tanjungpinang-Pulau Penyengat itu mencapai puncaknya pada 6 Januari 1784,” ungkap Peneliti Sejarah BRIN, Dedi Arman.
Beberapa bulan berselang, Raja Haji Fisabilillah menyerang Teluk Ketapang, Malaka yang menjadi pusat kekuatan kolonial.
Namun, dalam pertempuran sengit di Teluk Ketapang, pasukan Raja Haji Fisabilillah harus menghadapi kekuatan besar dari musuh.
Pasukan musuh bersiap. Sebanyak enam kapal perang, ratusan meriam dan lebih dari dua ribu prajurit kolonial, menghadang pasukan kerajaan.
Dalam pertempuran sengit itu sang panglima perang legendaris akhirnya gugur dan meraih syahid sebagai pahlawan Melayu.
“Saat kolonial berkuasa pada 1785, Tanjungpinang dijadikan pangkalan militer sekaligus pusat administrasi Residentie Riouw en Onderhoorigheden,” ungkap Dedi.
Warisan Kepahlawanan yang Terus Hidup
![]() |
| Perairan Tanjungpinang-Pulau Penyengat yang menjadi medan pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Jenazah Raja Haji Fisabilillah dimakamkan di Pulau Penyengat. Pulau kecil yang kini menjadi pusat kebudayaan Melayu dan salah satu situs historis di Kepri.
Namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dan diabadikan di berbagai fasilitas publik, termasuk bandara internasional Tanjungpinang.
"Penetapan sebagai Pahlawan Nasional dilakukan pada Agustus 1997 melalui Keputusan Presiden Nomor 072/TK/1997," jelas Dedi.
Gelar Pahlawan itu mengukuhkan posisi Raja Haji Fisabilillah sebagai salah seorang figur penting dalam historis perjuangan Indonesia.
Namun, lebih dari sekadar nama yang tertulis di bangunan, warisan terbesar Raja Haji Fisabilillah adalah semangat menjaga martabat bangsa.
Raja Haji Fisabilillah juga mengukuhkan identitas Melayu dan memperjuangkan kedaulatan tanah Melayu dengan penuh kehormatan.
Kini, Kota Tanjungpinang terus berkembang, namun gelombang di lautan, menggaungkan kembali langkah panglima legendaris yang pernah berjuang di bumi Melayu. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


