Jejak Arsitektur Klasik Tempo Dulu di Titik Nol Kota Lama Tanjungpinang

Jejak Arsitektur Klasik Tempo Dulu di Titik Nol Kota Lama Tanjungpinang
Jejak arsitektur klasik tempo dulu di titik nol Kota Lama Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Melihat Arsitektur Klasik yang Menyimpan Kisah Historis

Kota Lama Tanjungpinang tidak pernah kehilangan nuansa tempo dulu. Buktinya berdiri sebuah bangunan dengan arsitektur klasik yang megah. 

Wajah arsitektur klasik warna putih dengan dinding tebal, jendela klasik besar, serta tiang bergaya klasik, seolah menahan waktu untuk berjalan pelan.

Arsitektur klasik ini bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah warisan tempo dulu. Sebuah simbol kekuasaan sekaligus pusat aktivitas birokrasi.

Tempo dulu, setiap keputusan penting di Kota Lama Tanjungpinang baik pemerintahan dan perdagangan, pernah dibuat di dalam gedung dengan arsitektur klasik ini. 

Baca Juga: Pulau Klasik di Tanjungpinang yang Gemilang, Warisan Melayu Tempo Dulu

Pejabat kolonial, bangsawan lokal, hingga tokoh masyarakat Melayu, pernah melangkah di gedung yang kini semakin menua, namun tetap berwibawa.

Gedung dengan arsitektur klasik yang legendaris itu tepat berada di tepi laut Tanjungpinang. Tampak tidak begitu tinggi. 

Namun gedung bernilai historis itu, tetap berdiri kokoh dan tegap dengan pilar-pilar besar yang menjaga pintu masuknya.

Tersedia halaman yang luas untuk menerima tamu. Terpasang pintu dan jendela besar agar cahaya alami mengisi ruangan yang bergaya eropa itu.

Baca Juga: Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu

Gedung itu beraatap tinggi untuk sirkulasi udara, ruang-ruang luas dan ventilasi berlapis agar suasana dalam tetap sejuk. 

Konstruksi arsitektur klasik itu menggunakan campuran batu impor dan material lokal yang sangat kuat terhadap cuaca pesisir.

Elemen-elemen ini berpadu lembut dengan sentuhan budaya Melayu dalam tata ruang dan pemilihan warna yang netral.

Secara keseluruhan, gedung dengan arsitektur klasik itu, mencerminkan karakter masyarakat Melayu yang bersahaja, namun berwibawa.

Gedung Historis Berusia Ratusan Tahun

Menurut sumber historis, arsitektur klasik yang dibangun pada 1880-an itu, pernah menjadi residen dan tempat lalu-lalang pejabat kolonial tempo dulu. 

Struktur bangunan, memadukan nuansa klasik khas Eropa. Sebuah arsitektur klasik yang memberikan kesan anggun dan megah di Tanjungpinang.

Meski usia bangunan kini telah lebih dari satu abad, bentuk aslinya masih tampak utuh. Renovasi demi renovasi pernah dilakukan.

Beberapa kali renovasi dan perbaikan tersebut, lebih bertujuan untuk menjaga dan  merawat tanpa mengubah arsitektur klasik itu.

Masa kini, bangunan dengan arsitektur klasik tempo dulu itu, disebut dan terkenal sebagai Gedung Daerah Tanjungpinang. 

Baca Juga: Jejak Pulau Legendaris di Tanjungpinang dalam Lintasan Waktu

Sebuah nama yang sederhana, namun menyimpan kisah historis perjalanan dan perkembangan Tanjungpinang dan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Gedung Daerah Tanjungpinang memasuki babak historis baru. Menjadi pusat pemerintahan di Kota Lama Tanjungpinang.

Di sinilah Gubernur Riau pertama S.M. Amin Nasution, memimpin pemerintahan sebelum pusat Provinsi Riau dipindahkan ke Pekanbaru, Riau. 

Gedung legendaris ini pernah menjadi pusat kebijakan, tempat musyawarah dan saksi lahirnya banyak keputusan penting untuk Tanjungpinang.

Berkarakter Sederhana Namun Tetap Berdiri Megah

Jejak Arsitektur Klasik Tempo Dulu di Titik Nol Kota Lama Tanjungpinang
Suasana pagi di Gedung Daerah Tanjungpinang, 2010 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Menurut catatan historis, Gedung Daerah Tanjungpinang, menyimpan jejak peralihan zaman. Di dalamnya tercatat sebuah peristiwa bernilai historis. 

Di gedung dengan arsitektur klasik itu, terjadi penyerahan kedaulatan Indonesia dari residen Belanda terakhir Dr. Waardenburg pada tahun 1950. 

Peristiwa yang mungkin hanya berlangsung dalam hitungan jam itu, mengubah arah historis Tanjungpinang khususnya dan Kepri pada umumnya.

Sejumlah tokoh bangsa Indonesia dan tamu-tamu negara lainnya juga pernah duduk santai di antara dinding-dinding yang diam, namun menyimpan banyak cerita.

Saat ini, Gedung Daerah Tanjungpinang juga difungsikan sebagai rumah dinas atau kediaman resmi Gubernur Kepulauan Riau (Kepri). 

Baca Juga: Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama

Gedung ini adalah benda cagar budaya. Ruang yang memiliki kesakralan. Nilai historis, nilai seni arsitektur, nilai budaya dan nilai identitas Melayu berpadu menjadi satu.

Meskipun bangunan atau gedung baru mulai berdiri dengan arsitektur modern, namun Gedung Daerah tetap berdiri dengan karakter sederhana, megah dan elegan. 

Saat matahari sore menyentuh atapnya, sinar lembut berwarna keemasan memantul di dinding putihnya. 

Ada kelembutan yang seakan-akan menghadirkan ketenangan dan kembali menghadirkan nuansa klasik Tanjungpinang tempo dulu.

Baca Juga: Langit Jingga Terindah di Kota Klasik, Memori Senja Tepi Laut Tanjungpinang

Seakan-akan, gedung itu ingin berkata, bahwa perjalanan historis tidak selalu harus diceritakan dengan suara keras. Cukup dengan keheningan.

Gedung Daerah juga bukan sekadar bangunan tua yang dipertahankan demi estetika. Namun sebagai pengingat nilai historis yang tidak pernah benar-benar pergi. 

Seiring laju perkembangan zaman, keberadaan Gedung Daerah Tanjungpinang dengan arsitektur klasik itu, mengajarkan satu hal sederhana. 

Mengajarkan bahwa identitas kota tidak dibangun dalam sehari, melainkan dibangun dan dirawat melalui waktu, cerita dan rasa hormat.

Kini, arsitektur klasik itu menjadi memori panjang historis dan refleksi perkembangan Tanjungpinang dari tempo dulu ke masa modern. (*)

Penulis: Hal Maliq Hanifa

Posting Komentar