Mengenang Kembali Sentral Kuliner Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang

Mengenang Kembali Sentral Kuliner Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang
Suasana menjelang sore di sentral kuliner legendaris Kota Lama Tanjungpinang, 2005 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Menyimpan Jejak Rasa dan Tempo Dulu di Sentral Kuliner Legendaris Tanjungpinang

Di Kota Lama Tanjungpinang yang berhadapan dengan laut, pernah tumbuh dan berdiri sentral kuliner legendaris dan populer di mata masyarakat. 

Mempunyai nama unik, sentral kuliner legendaris itu merupakan sebuah ruang pertemuan yang sederhana penuh nostalgia tempo dulu. 

Sebelumnya, sentral kuliner legendaris itu, menjadi tempat konser musik musisi Indonesia. Slank dan Gigi pernah menghibur anak muda Tanjungpinang, di sini.

Bagi masyarakat Tanjungpinang, pada awal era milenium tahun 2000, sentral kuliner legendaris di tepi laut ini, bukan sekadar tempat makan. 

Sentral kuliner legendaris itu adalah sebuah halaman kota, tempat berkumpul, tempat makan sambil menikmati hembusan angin laut.

Siapa pun yang pernah duduk di bangku dan pondok klasik itu, dapat memandang laut sambil menyeruput kopi hitam dan kuliner khas. 

Baca Juga: Nostalgia Destinasi Wisata Klasik di Tepi Laut Tanjungpinang

Siapa saja yang pernah duduk bercengkrama di sana, tentu masih dapat mengenang betapa lembut angin laut dan senja sore yang menyapa. 

Dibangun sebagai bagian dari penataan kawasan tepi laut Tanjungpinang, sentral kuliner legendaris itu bernama Melayu Square. 

Sentral kuliner legendaris yang populer disebut MS itu, dahulunya tampil klasik dan tanpa gegap gempita. Kini wajahnya menjadi modern. 

Tempo dulu, pondok-pondok makan di Melayu Square, diberi sentuhan nuansa dan gaya khas Melayu Tanjungpinang yang terbilang sederhana. 

Sentuhan klasik sederhana itu, tidak berlebihan, namun tetap memberi rasa teduh dan aman saat orang-orang menyantap kuliner khas.

Tempo dulu, Kota Tanjungpinang masih berjalan pelan. Orang-orang tidak terburu-buru dan Melayu Square, menjadi perhentian sejenak sambil menikmati senja.

Baca Juga: Kesan Kuliner Klasik di Kota Lama Tanjungpinang, Eksis Sejak 1975

Deretan kedai kuliner, menjadi jejak rasa yang kini masih bisa diceritakan. Kuliner khas harum rempah, siput isap, bakwan, hadir dalam hidangan sederhana. 

Di meja kursi dan pondok kayu klasik, percakapan berjalan santai. Kadang, hanya obrolan ringan. Kadang hanya diam, sebab laut berbicara pelan di hadapan.

Namun, Melayu Square paling benderang justru ketika matahari telah condong ke barat. Saat senja turun perlahan. 

Warna jingga keemasan, memantul di permukaan tepi laut sambil menemani orang-orang yang duduk santai di Melayu Square.

Orang-orang duduk memandang senja. Tidak ada suara yang perlu ditinggikan. Tidak ada musik. Tepi laut menunjukkan bahwa ia berbicara sendiri.

Di situlah Melayu Square menjadi ruang pertemuan bagi banyak cerita nostalgia. Ada pemuda yang menunggu jawaban cinta dan ada keluarga yang menikmati senja.

Melayu Square yang Mungkin Terlupakan

Mengenang Kembali Sentral Kuliner Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang
Suasana menjelang sore di Melayu Square Kota Lama Tanjungpinang, 2005 silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar 

Tempo dulu berganti ke masa modern. Kota Tanjungpinang terus tumbuh dan berkembang. Kafe-kafe lain muncul di banyak sudut. 

Namun bagi banyak orang, sentral kuliner legendaris Melayu Square, tetaplah kenangan yang tidak pernah benar-benar memudar dan pergi. 

Tempat ini mengajari bahwa kota yang hidup bukan hanya soal bangunan dan jalan, tetapi ruang yang memberi kesempatan untuk berhenti sejenak.

Dan hingga kini, bila siapa saja datang saat senja, duduk menghadap ke laut, lalu angin memanggil lembut. Ia mungkin akan mengerti bahwa Melayu Square bukan sekadar tempat. 

Melayu Square sebagai sentral kuliner legendaris adalah jejak rasa. Kenangan dan nostalgia tempo dulu yang tidak lekang oleh waktu dan perubahan zaman. 

Baca Juga: Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang

Waktu berjalan, gaya hidup berubah, destinasi kuliner baru bermunculan. Namun, Melayu Square tetap bertahan. 

Melayu Square tetap menjadi ruang bertemu. memanggil orang-orang untuk kembali mengingat memori dan menikmati suasana senja tepi laut.

Modernisasi boleh datang, tetapi nilai Melayu Square terletak pada kesederhanaan. Ruang yang memberi tempat bagi siapa saja untuk berhenti sejenak dari rutinitas dan kesibukan. 

Di tepi laut Tanjungpinang, Melayu Square tetap menyapa, Tetap berdiri sebagai sentral kuliner legendaris dan sebagai halaman depan Kota Lama Tanjungpinang. (*)

Penulis: Hal Maliq Hanifa

Posting Komentar