Jembatan Terpanjang ke-4 di Indonesia Berdiri Megah di Kota Klasik Tanjungpinang
![]() |
| Jembatan terpanjang ke-4 di Indonesia berdiri megah di kota klasik Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Penghubung Dua Pulau yang Menjadi Ikon Wisata dan Olahraga
Jembatan terpanjang ke-4 di Indonesia, ternyata ada di kota klasik Tanjungpinang. Titian yang megah itu, kini menjadi salah satu destinasi wisata dan olahraga serta menjadi kebanggaan Kota Tanjungpinang.
Penghubung antarpulau itu disebut sebagai jembatan terpanjang keempat dari 10 jembatan terpanjang di Indonesia. Tepatnya setelah Jembatan Suramadu, Jembatan Pasupati dan Jembatan Barelang.
Di atas laut biru yang menawan di kota klasik Tanjungpinang itulah terhampar Jembatan Dompak. Jembatan sepanjang 1,465 kilometer ini, menghubungkan dua pulau yaitu Pulau Bintan dan Pulau Dompak.
Jembatan Dompak berdiri kokoh dengan fondasi kuat menancap ke dasar laut ini, menghubungkan area komplek pemerintahan Provinsi Kepri Pulau Dompak dengan pusat kota di Tanjungpinang, Pulau Bintan.
Selain sebagai penghubung, berbagai ornamen khas Melayu dan fasilitas umum melengkapi keunikannya. Pada bagian ujungnya, yang berada di area Tanjungpinang, ornamen cantik berbentuk kapal layar turut menghiasi kemegahan Jembatan Dompak.
Pada bagian ujung yang berada di area Pulau Dompak, taman-taman bunga serta ornamen berbagai pulau-pulau berbentuk bulat, turut menghiasi jembatan terpanjang ke-4 di Indonesia ini.
Salah satu keunikan Jembatan Dompak ini adalah adanya jogging track tersembunyi di bawah badan jembatan. Panjangnya sekitar 500 meter yang berada di sisi kiri dan kanan jembatan.
Tidak hanya berfungsi sebagai penghubung, infrastruktur strategis dan tempat wisata keluarga, Jembatan Dompak kini telah berkembang menjadi spot olahraga favorit masyarakat dan wisatawan.
Setiap pagi dan sore hari atau akhir pekan, masyarakat Tanjungpinang berbondong-bondong datang hanya untuk melepas lelah dan berolahraga di area jembatan yang megah ini.
"Kalau akhir pekan, pada pagi hari kami selalu menyempatkan diri mencari keringat di Jembatan Dompak," ungkap Sandy, seorang runner (pelari) di Tanjungpinang.
Tersedia juga jalur khusus di atas jalan untuk bersepeda dan aktivitas lainnya sehingga menjadikan Jembatan Dompak tempat ideal untuk olahraga ringan sambil menikmati panorama laut terbuka.
Uniknya lagi, terdapat jalur pejalan kaki, jalur sepeda dan tempat bersantai serta tempat memancing, menjadikan Jembatan Dompak menjadi spot asik menikmati keindahan senja di Tanjungpinang.
Di pinggir jalan atas jembatan, banyak masyarakat duduk santai sambil menikmati udara dan panorama Tanjungpinang. Jembatan ini sering menjadi titik temu komunitas pelari, sepeda, hingga keluarga yang ingin santai tanpa harus berolahraga.
Sebelum masuk area Jembatan Dompak, tersedia akses parkir yang cukup luas. Area parkir ini memudahkan para pengunjung atau masyarakat yang datang dengan kendaraan pribadi.
Banyak masyarakat yang datang ke Jembatan Dompak bukan hanya untuk olahraga, tetapi juga untuk melihat keunikan lain yaitu dengan menikmati senja yang memukau dari Jembatan Dompak.
"Kalau tidak berolahraga, di jembatan juga kita bisa menikmati senja. Setelah itu, bisa lanjut salat Magrib di Masjid Nur Ilahi Dompak," ujar Sandy.
Kini, Jembatan Dompak Tanjungpinang yang megah itu, menjadi salah satu ikon destinasi wisata dan olahraga sekaligus menjadi simbol kebanggaan masyarakat Tanjungpinang, Kepri.
Meskipun memiliki potensi sebagai destinasi wisata dan olahraga, kondisi Jembatan Dompak sempat jadi sorotan masyarakat karena beberapa tiang penerangan mulai rusak hingga patah.
Walaupun demikian, masyarakat Tanjungpinang berharap pemerintah daerah terus melakukan perawatan berkala agar keamanan, kenyamanan dan estetika keindahan Jembatan Dompak, tetap terjaga.
"Kalau fasilitas yang rusak-rusak diperbaiki dan dipercantik lagi, bukan tidak mungkin jembatan ini bisa menjadi ikon sport tourism sekaligus mendukung wisata keluarga," tambah Sandy.
Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kepri, siap menggelontorkan anggaran sebesar Rp70 miliar, untuk memperbaiki dan memelihara infrastruktur jalan dan jembatan.
Kepala Dinas PUPRP Kepri Rodi Yantari, menyebut anggaran besar tersebut akan difokuskan pada infrastruktur jalan dan jembatan termasuk Jembatan Dompak Tanjungpinang.
Dengan anggaran pemeliharaan yang mencapai Rp70 miliar ini, diharapkan kondisi jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya di Tanjungpinang, tetap rapi dan terjaga.
“Untuk jalan-jalan yang masuk dalam kewenangan provinsi, seperti kawasan Gurindam dan Jembatan Dompak, kami akan menangani pemeliharaannya," jelasnya, beberapa waktu lalu.
Dinas PUPRP Kepri juga terus memastikan infrastruktur jalan dan jembatan termasuk Jembatan Dompak, tetap dalam kondisi optimal demi mendukung kelancaran transportasi.
“Pemprov Kepri akan memaksimalkan anggaran yang ada untuk pemeliharaan jalan dan jembatan," tambah Rodi Yantari.
Historis Pembangunan dan Rintangan
![]() |
| Jembatan Dompak yang menghubungkan kota klasik Tanjungpinang Pulau Bintan dan Pulau Dompak Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Proses pembangunan Jembatan Dompak Tanjungpinang ini, telah melalui berbagai rintangan dan mempunyai nilai historis tersendiri. Pertama kali, mantan Gubernur Kepri Ismeth Abdullah, menginisiasi pembangunannya pada awal 2006 silam.
Awalnya, dua lokasi yakni di area Senggarang Tanjungpinang Kota dan Pulau Dompak, menjadi pilihan untuk pembangunannya. Namun dengan berbagai pertimbangan, Pulau Dompak Kecamatan Bukit Bestari Tanjungpinang, terpilih menjadi lokasi pembangunan.
Setelah memutuskan lokasi pembangunan jembatan di kawasan Pulau Dompak, pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov Kepri, kemudian menyusun perencanaan pembangunan awal pada tahun 2007 silam.
Tidak hanya itu, pemerintah merencanakan pembangunan jembatan lainnya menggunakan tiga paket yaitu I, II, dan III. Pemerintah saat itu, melakukan perencanaan pembangunan awal Jembatan I, II dan III di pulau Dompak.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan jembatan II dan III selesai terlebih dahulu daripada pembangunan Jembatan I Dompak. Sedangkan pembangunan Jembatan I terkendala karena adanya masalah pembebasan lahan.
Karena masalah tersebut, pada tahun 2010, pembangunan jembatan I Dompak akhirnya sempat terhenti. Kontraktor tidak dapat menyelesaikan pembangunan jembatan. Kemudian, setelah masalah tersebut teratasi dan dengan berbagai upaya.
Pemerintah daerah kemudian melanjutkan pembangunan jembatan. Pada tahun 2014, mantan Gubernur Kepri yaitu Almarhum Haji Muhammad Sani, melanjutkan pembangunan Jembatan Dompak.
Kendala kembali menghampiri pada 2015. Saat proses pembangunan, musibah terjadi. Jembatan Dompak ambruk di sisi Pulau Dompak. Meskipun begitu, dengan berbagai upaya, masalah yang terjadi dapat diatasi.
Upaya dan kerja keras tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 2016, pengerjaan pembangunan selesai tepat waktu. Setelah selesai, pemerintah merencanakan nama resmi. Nama Hang Tuah muncul. Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri menyetujui nama tersebut.
Kemudian pengusulan nama berganti menjadi Jembatan HM Sani. Hal ini untuk menghormati jasa dan dedikasi Almarhum HM Sani sebagai Gubernur terhadap pembangunan di Kepri.
Pada tahun 2017, pembangunan telah sempurna. Pemerintah Provinsi Kepri meresmikan penggunaan jembatan. Pada era Gubernur Kepri Nurdin Basirun, ada pengusulan pergantian nama menjadi Jembatan Sultan Mahmud Riayat Syah.
Meskipun berbagai nama resmi disematkan, masyakarat kota klasik Tanjungpinang, tetap menyebut jembatan terpanjang ke-4 di Imd ini dengan sebutan populer yaitu Jembatan Dompak. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar

