Nuansa Pantai Klasik dan Keindahan Langit Jingga di Ujung Barat Tanjungpinang
0 menit baca
![]() |
| Nuansa pantai klasik dan keindahan langit jingga di ujung barat Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Rahasia Pantai Klasik, Spot Para Pecinta Cahaya Emas
Di sisi barat Kota Tanjungpinang, tersimpan sebuah pantai klasik berkarakter yang kehadirannya belum banyak terungkap.
Meski tidak tercantum dalam deretan destinasi populer, panorama senja di pantai klasik ini justru menjadi rahasia kecil para pecinta senja.
Nama pantai klasik itu adalah Pantai Setumu. Sebuah permata tersembunyi yang menawarkan suasana damai, langit jingga serta hamparan pasir putih alami.
Pantai Setumu berada di kawasan Tanjung Setumu, Dompak Tanjungpinang. Aksesnya masih melewati perkampungan dan rimbun pepohonan.
Menghadirkan nuansa tenang sejak awal perjalanan. Sebelum melihat pantai klasik ini, pengunjung disambut suara ombak dan hembusan angin laut.
Saat matahari beranjak turun, suasana berubah total. Langit biru perlahan bergeser menjadi cahaya jingga kemerahan yang tampak menyala.
Inilah momen yang paling ditunggu oleh pecinta senja. Terutama para juru foto alam yang ingin mengabadikan momen alam spektakuler saat senja.
Karakter sunset dan momen senja di Pantai Setumu Dompak Tanjungpinang, disebut-sebut berbeda dari pantai lain yang ada di Tanjungpinang.
Arah matahari yang tenggelam tepat di ujung barat cakrawala, menciptakan gradasi warna langit jingga terlihat lebih tegas dan dramatis.
Setiap sore, para pecinta senja kerap datang membawa kamera dan tripod, memilih sudut terbaik tanpa terganggu keramaian.
Latar depan alami seperti kapal nelayan yang berlabuh, bebatuan pesisir, hingga pepohonan di bibir pantai, selalu menjadi elemen menarik bagi para juru foto.
Bagi yang hanya ingin menikmati suasana, duduk di atas pasir sambil menunggu golden hour sudah cukup memberi ketenangan.
Dari sore cerah hingga langit malam yang muncul perlahan menghiasi lanskap di pantai klasik ini, terasa memanjakan pandangan.
“Pantai ini memang tersembunyi, tapi menawarkan ketenangan. Sunset-nya luar biasa,” kata Ardy, seorang pegiat alam yang pernah bermalam di Pantai Setumu.
Menurut Ardy, pantai klasik di ujung barat Kota Tanjungpinang tersebut, sangat cocok untuk berkemah karena suasananya masih sangat alami dan segar.
"Kami pernah kemping bangun tenda di sini bersama rekan-rekan pegiat alam," ungkapnya.
Akses Perlu Perhatian dan Potensi Jadi Destinasi Favorit
![]() |
| Nuansa klasik langit jingga keemasan di Pantai Setumu Dompak Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Meskipun menawarkan pemandangan istimewa, akses menuju Pantai Setumu Dompak Tanjungpinang, masih menjadi kendala.
Jalan yang belum sepenuhnya mulus, sempit, serta minim pencahayaan, membuat pengunjung disarankan datang sebelum matahari terbenam.
“Jalannya memang tidak rata dan bergelombang. Tapi saat sudah sampai di pantai, terbayar semua. Bisa lihat senja yang menenangkan,” ujar Ardy.
Sementara itu, pengelola pantai yakni Juma’at, menyebut Pantai Setumu sebenarnya telah dibuka sejak tahun 2020 lalu.
Meskipun sempat tutup akibat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, kini, kunjungan ke pantai klasik ini mulai meningkat, terutama pada akhir pekan.
“Masuknya gratis. Pengunjung yang datang bersama keluarga bisa menyewa gazebo yang sudah disediakan. Yang penting tetap jaga kebersihan,” jelasnya.
Kendati akses jalan masih membutuhkan perhatian, namun daya tarik senja dan sunset di Pantai Setumu tetap eksotis dan memikat.
Bahkan, ungkap Juma'at, beberapa waktu lalu, juru foto dari Singapura dan Malaysia, turut datang mengabadikan detik-detik matahari tenggelam.
“Mereka datang sekitar sepuluh orang, bawa tripod, berjejer motret sunset,” ungkap Juma’at.
Menurutnya, setiap hari panorama alam dan langit di Pantai Setumu Dompak, selalu menghadirkan kejutan yang berbeda.
Kadang jingga, kadang keemasan, bahkan sesekali berubah menjadi keunguan atau bahkan langit menjadi warna merah menyala.
“Sunset di sini tidak pernah sama. Makanya banyak yang kembali lagi ke Pantai Setumu,” tutupnya.
Pantai klasik ini tidak hanya untuk menikmati senja, tetapi tempat bersyukur sekaligus saksi keindahan ciptaan Allah yang tidak pernah habis untuk dinikmati. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


