Cerita Klasik Inspiratif Perjuangan Anak Tanjungpinang Demi Masa Depan
![]() |
| Cerita klasik inspiratif perjuangan anak Tanjungpinang demi masa depan. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Anak Tanjungpinang yang Bangga Menjual Kerupuk Demi Biaya Sekolah
Di tengah kebutuhan hidup yang kian tinggi, seorang anak di Tanjungpinang memilih menjajakan camilan kerupuk, usai pulang sekolah.
Anak Tanjungpinang itu memilih bekerja sepulang sekolah demi membantu ekonomi keluarga dan meringankan beban orang tuanya.
Nama anak Tanjungpinang yang menjual camilan kerupuk itu adalah Muhammad Rizki. Berusia 14 tahun, siswa kelas VII di SMPN 4 Tanjungpinang.
Saat anak-anak seusianya disibukkan dengan bermain, Rizki justru menapaki jalan berbeda. Ia memikul tanggung jawab besar.
Ia rela menjual kerupuk buatan ibu dan neneknya demi menambah biaya sekolah serta membantu kebutuhan keluarga.
Baca Juga: Kisah Perempuan Tangguh Penarik Becak Khas Tanjungpinang Tempo Dulu
“Enggak ada yang memaksa. Rizki cuma mau bantu ibu, nenek, dan adik-adik,” ucapnya lirih, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Meskipun masih belia, cara berpikirnya matang. Ia tahu persis setiap bungkus kerupuk yang laku adalah sedikit beban yang terangkat dari keluarganya.
Sebagai anak sulung dan yatim, ia merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap kehidupan ibu dan saudara sekandung.
Rizki tidak pernah merasa malu. Baginya, bekerja menjual kerupuk adalah pekerjaan yang halal dan ia pun merasa bangga.
“Enggak malu. Kan jual kerupuk untuk nabung, buat biaya sekolah,” tuturnya.
Berjualan Usai Pulang Sekolah
Setiap siang, begitu jam pelajaran selesai. Rizki dengan segera bergegas pulang ke rumahnya di kawasan Batu 5 Tanjungpinang.
Di rumah, beberapa bungkus kerupuk telah disiapkan neneknya. Dengan langkah kecil namun pasti, ia mulai berkeliling jualan kerupuk.
Jika lelah, ia berhenti di Jalan Damai Tanjungpinang. Ia menggantungkan kerupuk itu di pagar sebuah rumah-toko, sambil duduk menunggu pembeli.
Kadang teman sepermainannya mampir ke tempat Rizki melepas lelah dan memberikan semangat, sambil bercanda untuk mengusir bosan.
Baca Juga: Dari Tanah Melayu Tanjungpinang ke Tanah Suci Makkah, Sebuah Kisah Inspiratif
Harga kerupuk hanya Rp5 ribu per bungkus, dengan berbagai rasa. Tidak setiap hari dagangannya habis. Namun ia tidak pernah kecewa.
"Kalau tidak habis besok jualan lagi. Uang jualan sebagian ditabung, sebagian lagi dikasih ke ibu,” ungkap Rizki.
Meskipun menjajakan camilan klasik kerupuk, tetapi cita-citanya besar. Rizki ingin menjadi seorang polisi jika besar nanti.
Rizki juga mengaku tidak ingin pendidikan dirinya maupun adik-adiknya terputus karena masalah biaya. Maka ia terus menabung, sedikit demi sedikit.
Tetap Utamakan Sekolah
![]() |
| Potret Rizki, anak Tanjungpinang saat jualan kerupuk di Jalan Damai Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Di balik kesibukannya itu, Rizki tidak melupakan kewajiban utamanya yaitu belajar. Usai menutup hari dengan menjajakan kerupuk, ia tetap belajar.
Di rumah, Rizki kembali membuka buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru di sekolah.
Keesokan paginya, ia semangat berangkat ke sekolah dengan mengantongi uang jajan hasil jerih payah sendiri.
Rizki mengaku ibunya bekerja di sebuah rumah makan di Tanjungpinang, sementara tiga adik perempuannya, masih membutuhkan banyak perhatian.
Sebagian tabungan hasil menjual kerupuk, bahkan diniatkan Rizki untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya kelak.
Baca Juga: Potret Tukang Servis Klasik, Keliling hingga ke Pelosok Tanjungpinang
"Nanti uang tabungan itu bisa untuk sekolah adik-adik," sebut Rizki.
Kisah Rizki adalah gambaran nyata keteguhan hati seorang anak Tanjungpinang yang memahami arti tanggung jawab sejak dini.
Ia tidak hanya mencari nafkah untuk dirinya sendiri, tetapi juga memikul harapan untuk adik-adik serta orang tuanya di masa depan.
Semangat anak Tanjungpinang itu, layak menjadi teladan. Kerja ikhlas, bersyukur dan membantu keluarga, adalah nilai-nilai yang harus tertanam di hati. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


