Kisah Perempuan Tangguh Penarik Becak Khas Tanjungpinang Tempo Dulu
![]() |
| Kisah perempuan tangguh penarik becak khas Tanjungpinang tempo dulu. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Menjadi Perempuan Tangguh, Lebih Baik Menarik Becak Daripada Mengulurkan Tangan
Siang itu, hujan baru saja reda. Suasana Jalan Kemboja Tanjungpinang, tampak lengang dan sepi. Namun seorang perempuan tangguh, tampak semangat.
Perempuan tangguh dengan rambut yang telah ditumbuhi uban itu, penuh semangat dan gigih saat mengayuh becak khas Tanjungpinang tempo dulu.
Di dalam Becak khas Tanjungpinang tempo dulu itu, ia membawa muatan kayu yang cukup berat. Namun sang perempuan tangguh itu tetap mengayuh.
Baca Juga: Potret Tukang Servis Klasik, Keliling hingga ke Pelosok Tanjungpinang
Begitulah aktivitas sehari-hari sang perempuan tangguh bernama Evina. Hampir dua dekade, Evi telah menarik kendaraan angkut roda tiga tersebut.
"Cantikkan nama saya," ujar Evina tertawa saat tengah berhenti sejenak di tepian Jalan Kemboja Tanjungpinang, beberapa waktu lalu.
Pekerjaan yang dijalani Evi, tidak lain karena ia terinspirasi dari seorang sosok perempuan yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Terinspirasi Kartini, Tidak Mau Mengemis
Evina yang akrab disapa Evi ini, mengatakan meskipun seorang perempuan, ia rela mengayuh becak karena sangat terinspirasi oleh sosok RA. Kartini.
Menurutnya, jejak Pahlawan Nasional Indonesia tersebut, telah memberinya inspirasi dan semangat untuk selalu berjuang, berusaha dan berdoa.
"Saya tahu dengan sosok Kartini, saat masih sekolah dulu, Kartini itu adalah pahlawan," kata Evi.
Sambil membongkar muatan di becaknya, Evi pun mulai menceritakan kisah hidupnya yang cukup keras dan sederhana.
Sebelum menjadi penarik becak, Evi hanyalah ibu rumah tangga. Pada 2007, ia memutuskan untuk membeli becak sendiri.
Baca Juga: Kisah Klasik Inspiratif Perempuan Tangguh Berusia 83 Tahun di Tanjungpinang
"Alhamdulillah dapat rezeki, saya membeli becak untuk membantu suami memenuhi kebutuhan sekolah anak," ucap Evi.
Keputusan Evi menarik becak karena keinginannya sendiri dan semata-mata hanya untuk membantu keluarga dan menambah penghasilan.
Baginya, menarik becak adalah pilihan sadar, bukan paksaan. Ia menganggap pekerjaan ini jauh lebih terhormat dibanding meminta-minta.
Evi mengaku tidak malu karena menjadi penarik becak. Menurutnya menjadi penarik becak adalah pekerjaan halal dan bermanfaat.
"Lebih baik mengayuh becak daripada mengemis atau mencuri. Setidaknya saya tidak menyusahkan siapa pun,” katanya tegas.
Jam Kerja Tidak Menentu, Rezeki Seikhlasnya
Tidak ada jam kerja pasti bagi Evi. Kadang ia mulai sejak pagi, kadang baru keluar siang atau malam, tergantung panggilan angkut barang.
"Tidak menentu, tergantung panggilan untuk mengangkut muatan," sebutnya.
Selain itu, selama sehari penuh Evi terkadang harus mengayuh becak lebih kurang sejauh 15 kilometer bolak balik mengangkut muatan.
Evi mengaku tidak pernah menentukan tarif angkut kepada pelanggan. Ia pun selalu mengucap syukur, berapapun yang ia terima dari pelanggan.
"Alhamdulillah rezeki sudah diatur Allah, jadi saya tidak pernah menentukan tarif, seikhlasnya saja," katanya.
Bekerja untuk Masa Depan Anak-anak
![]() |
| Evi menarik becak di Jalan Kemboja Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Evi menegaskan ia tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya sebagai penarik becak. Menurutnya pekerjaannya sekarang adalah pekerjaan terbaik.
Meski hidupnya sederhana, Evi pantang mengeluh. Ia merasa pekerjaannya saat ini adalah yang terbaik, selama ia masih diberi kesehatan.
"Selagi masih sehat, tiap hari harus semangat menarik becak, semuanya ini untuk anak-anak," ujarnya.
Evi juga menanamkan disiplin dan semangat belajar kepada keempat buah hatinya. Ia tidak ingin mereka mengulang nasib yang sama.
Baca Juga: Mengenal Profesi Tertua di Dunia, Legendaris dan Jejak Abadi di Tanjungpinang
"Saya selalu memberikan semangat kepada anak-anak untuk selalu belajar agar menjadi orang cerdas dan baik," ungkap Evi.
Ibu empat anak ini punya harapan untuk dapat menyekolahkan ke empat anaknya hingga perguruan tinggi dan menjadi sukses di masa depan.
"Semoga dengan menarik becak ini, saya dapat menyekolahkan anak-anak hingga selesai," harapnya.
Kisah Evi, perempuan tangguh penarik cecak angkut khas Tanjungpinang tempo dulu ini, menjadi sebuah pembelajaran bagi siapa saja untuk pantang menyerah. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa


