Mengenal Profesi Tertua di Dunia, Legendaris dan Jejak Abadi di Tanjungpinang

Mengenal Profesi Tertua di Dunia, Legendaris dan Jejak Abadi di Tanjungpinang
Mengenal profesi tertua di dunia, legendaris dan jejak abadi di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Penjaga Ilmu, Penuntun Arah dan Cahaya yang Menyalakan Harapan

Salah satu profesi tertua di dunia dan istimewa tetap ditekuni oleh sebagian orang hingga kini. Profesi legendaris ini adalah penjaga ilmu, penuntun arah, sekaligus cahaya yang menyalakan harapan.

Profesi tertua dan istimewa itu adalah profesi guru. Dalam perspektif keagamaan, Nabi Adam Alaihissalam, dianggap sebagai "guru pertama" umat manusia, karena Allah sang pencipta secara langsung mengajarkan ilmu kepada Nabi Adam. 

Profesi tertua dan istimewa ini juga berkembang sejak manusia mengenal peradaban. Profesi yang mengajarkan ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan kebijaksanaan. 

Sejak lama, profesi tertua ini telah menjadi fondasi awal dalam membangun masyarakat. Profesi guru menjadi sangat istimewa karena guru mempunyai dedikasi tanpa batas. 

Di balik papan tulis yang penuh coretan, terdapat kesabaran yang tidak terukur. Setiap huruf yang tertulis, setiap senyum yang dilemparkan kepada murid adalah bentuk nyata dari dedikasi. 

Di ruang-ruang kelas sekolah, guru mengajarkan lebih dari sekadar rumus dan teori. Guru dengan ikhlas mengajarkan arti disiplin, kejujuran, keberanian dan empati kepada murid. 

Baca Juga: Panggilan Hati, 30 Tahun Mengabdi Menjaga Lingkungan Kota Klasik Tanjungpinang

Guru hadir lebih dari sekadar jam pelajaran. Guru membawa pulang beban pikiran tentang anak-anak didiknya, memikirkan cara terbaik agar satu anak mengerti, agar satu mimpi tidak padam.

Namun di balik semua itu, ada sebuah cinta dan kasih sayang. Cinta pada dunia pendidikan, cinta pada harapan anak murid dan cinta pada masa depan generasi penerus. 

Guru bekerja dalam sunyi. Hasil kerja guru mungkin baru terasa bertahun-tahun kemudian, ketika seorang murid tumbuh menjadi dokter, pemimpin, seniman, atau sekadar manusia yang baik. 

Namun di sanalah letak kemuliaannya. Para guru yang memang tidak selalu tampil di panggung, tetapi jejaknya tetap abadi dalam masa depan dan dalam kehidupan banyak orang. 

Profesi ini memang klasik, namun tidak pernah usang. Justru di sanalah letak keistimewaannya. Guru adalah simbol dedikasi, keteguhan, kesabaran, pengabdian dan dedikasi tanpa batas. 

Yang pasti, sosok guru yang sederhana, tetaplah profesi istimewa. Sebuah panggilan hati, meninggalkan jejak abadi, mengajar dengan keyakinan untuk membentuk masa depan yang cerah. 

Potret Zulfahmi, Guru Difabel yang Mengajar Anak-anak Difabel

Mengenal Profesi Tertua di Dunia, Legendaris dan Jejak Abadi di Tanjungpinang
Zulfahmi tengah mengajar muridnya di SLB Tanjungpinang, beberapa tahun silam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Pagi itu, di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tanjungpinang, seorang laki-laki melangkah menuju ruang kelas yang penuh dengan cita-cita, mimpi dan masa depan.

Langkahnya agak pelan, geraknya tidak selincah kebanyakan orang. Matanya tidak bisa melihat, namun tetap menyimpan nyala yang tidak pernah padam. 

Namanya Zulfahmi, seorang yang setia menjalani profesi tertua dan istimewa itu. Guru difabel (tunanetra) yang mengabdikan hidup untuk siapa saja yang senasib dengannya.

Meskipun memiliki keterbatasan untuk melihat, Zulfahmi tetap bersyukur. Laki laki kelahiran Sumatera Barat 49 tahun silam ini, merasa menjadi guru merupakan kehormatan dan panggilan hati.

Bagi sebagian orang, keterbatasan adalah akhir. Namun bagi Zulfahmi, keterbatasan justru menjadi awal dari kebangkitan hidup. Sebuah keberanian luar biasa untuk menjajal profesi legendaris istimewa itu. 

Zulfahmi tahu betul bagaimana rasanya menjadi anak yang berbeda, bahkan diragukan kemampuannya hanya karena keterbatasan fisik. Namun perlahan, ia mengubah itu dan bangkit.

Baca Juga: Cerita Aktris Legendaris Indonesia asal Tanjungpinang, Kini Mengabdi di Rumah Allah

Di Tanjungpinang, profesi guru telah sejak lama dianggap mulia. Namun jarang yang melihat betapa sunyi dan kerasnya jalan pengabdian serta dedikasi yang tanpa batas itu.

Zulfahmi menempuhnya dengan hati yang penuh cinta. Ia mengajar anak-anak difabel yang kerap dianggap "tidak mampu", anak-anak yang kehilangan kepercayaan diri sendiri, bahkan sebelum sempat mencoba.

Di dalam ruang kelas, suara Zulfahmi terdengar lembut namun penuh keteguhan. Setiap ilmu yang ia ajarkan bukan sekadar pelajaran, melainkan jembatan menuju rasa percaya diri.

Ada rasa haru yang tidak bisa disembunyikan ketika seorang anak difabel yang dahulu selalu menunduk, kini berani mengangkat wajah dan tersenyum riang. 

Ada getaran kebahagiaan dalam dada Zulfahmi saat merasakan anak muridnya yang mulai percaya bahwa mereka juga layak untuk bermimpi, layak didengar dan layak dicintai.

Cerita Masa Kecil Zulfahmi Menempuh Pendidikan 

Zulfahmi bercerita, saat masih menimba ilmu, ia membuktikan kegigihannya. Zulfahmi bertekad menempuh pendidikan di sekolah umum bergabung dengan anak anak normal lainnya.

Meskipun saat itu sempat mendapat penolakan, Zulfahmi tetap gigih dan berhasil membuktikan diri bahwa ia bisa belajar secara normal dengan bantuan alat perekam.

Seiring berjalannya waktu, Zulfahmi dapat meraih prestasi yang membanggakan. Akhirnya, guru-guru dan teman-teman sekolahnya dapat menerima keberadaannya dan sangat menyayanginya. 

Beranjak dewasa, Zulfahmi menjadikan pengalaman masa kecilnya sebagai pelecut semangat. Sarjana Pendidikan ini akhirnya mendedikasikan diri menjadi guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tanjungpinang sejak 2008.

"Menjadi seorang guru mengajar anak-anak yang istimewa itu adalah sebuah panggilan hati," ucap guru yang mahir mengoperasikan komputer ini. 

Zulfahmi turut berpesan kepada orang tua anak yang memiliki keterbatasan atau difabel, agar terus memberikan perhatian lebih terutama dalam menempuh pendidikan.

Baca Juga: Kisah Klasik Inspiratif Perempuan Tangguh Berusia 83 Tahun di Tanjungpinang

Menurut Zulfahmi, pendidikan yang baik dan terarah, dapat menjadikan anak-anak difabel memiliki kepercayaan diri, berwawasan dan mengenal baik lingkungannya.

Baginya, setiap kemajuan kecil murid-muridnya adalah sebuah kemenangan besar. Setiap tawa riang murid-murid adalah bayaran paling mahal dan berharga bagi Zulfahmi.

"Jika anak difabel tidak mendapatkan pendidikan yang baik, maka ke depannya mereka sangat sulit untuk mandiri dan mendapat pekerjaan yang layak," kata Zulfahmi yang mahir melantunkan ayat suci Al Quran ini. 

Kedua mata Zulfahmi, memang tidak bisa melihat. Namun jejak ketulusan dan keikhlasan Zulfahmi dalam mengajar, tetap abadi dalam ingatan murid-muridnya. 

Tidak hanya itu, seorang Zulfahmi adalah potret nyata dari guru sejati yang mengajar dengan keikhlasan, air mata dan doa. Mengubah keterbatasan menjadi kekuatan menjalani kehidupan. 

Terakhir namun tidak kalah penting, Zulfahmi membuktikan bahwa seorang yang memiliki keterbatasan fisik juga mampu menjalani profesi tertua dan istimewa di dunia ini serta menjadi cahaya ilmu bagi anak-anak difabel. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar