Melihat Tongkrongan Klasik Halaman Belakang Rumah di Tanjungpinang
![]() |
| Melihat tongkrongan klasik halaman belakang rumah di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Backyard Coffee |
Menikmati Kopi, Berbagi Cerita dan Mencari Inspirasi
Sebuah tongkrongan klasik hadir dengan konsep halaman belakang rumah yang terkesan ekslusif, akrab dan kreatif. Tempat ini menjadi tempat menikmati kopi, berbagi cerita, inspirasi hingga menjadi ruang komunitas di Tanjungpinang.
Siapa sangka, sebuah halaman belakang rumah di Gang Pulau Pandan, Jalan Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, bisa menjelma menjadi salah satu tongkrongan klasik yang ekslusif, kreatif dan favorit anak muda Tanjungpinang.
Dari tangan dingin seorang pemuda bernama Sekhudin (30), lahirlah sebuah tongkrongan klasik sederhana yang sejak 2021 terus tumbuh dan melekat di hati pengunjung terutama anak muda.
Awalnya, Sekhudin pulang ke Tanjungpinang setelah menuntaskan pendidikan sarjana di Semarang pada 2019. Saat itu, ia melihat di Tanjungpinang masih minim ruang tongkrongan klasik dengan suasana hangat dan akrab.
Baca Juga: Kuliner Tanjungpinang Tempo Dulu, Dari Tarikan Klasik hingga Bercita Rasa Modern
Menurut Sekhudin, mayoritas kafe saat itu, berbasis rumah toko (ruko) formal yang dingin dan jauh dari nuansa sederhana. Terkadang kurang nyaman tidak seperti saat menikmati kopi di rumah sendiri.
“Kalau di luar (Jawa), tempat nongkrong itu bisa sesederhana halaman rumah yang disulap. Kami pikir, kenapa enggak dicoba di Tanjungpinang," kata Sekhudin.
Dari keresahan itu, lahirlah ide membuka kafe sederhana yang nyaman, ramah dan membumi di halaman belakang rumahnya. Sekhudin menamakan kafe itu dengan nama Kateng Backyard Coffee.
"Orang-orang mungkin enggak bakal nyangka ada kafe di dalam gang, di halaman belakang rumah pula,” ujarnya.
Sekhudin menjelaskan kata "Kateng" yang terdengar unik ini, bukan sekadar branding. Kata itu berasal dari kampung halaman orang tuanya di Cilongok, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Baca Juga: Kesan Kuliner Klasik di Kota Lama Tanjungpinang, Eksis Sejak 1975
Dalam budaya di Tegal, ungkap Sekhudin, anak laki-laki kecil kerap dipanggil dengan sebutan “Kateng”, sementara anak perempuan disebut “Sinok”.
Nama "Kateng", menurut Sekhudin, membuat pengunjung terutama anak muda merasa nyaman dan akrab. Seolah para pengunjung itu bukan tamu, melainkan keluarga yang disambut di rumah sendiri.
Selain itu, dari kafe sederhana ini, para pengunjung dapat menikmati kopi dan santai serasa berada di rumah. Tempat berbagi cerita dan menemukan inspirasi dan menjadi ruang komunitas anak muda di Tanjungpinang.
“Teman-teman dekat bahkan lebih kenal kami dengan nama "Kateng" daripada nama asli. Jadi sekalian saja dipakai untuk nama kafe, biar akrab dan ada kedekatan emosional,” ungkapnya.
Pemberdayaan Anak Muda Lokal
Sejak awal berdiri, Kateng Backyard Coffee tidak hanya sekadar menjual kopi dan beragam menu lainnya. Kafe ini menghadirkan konsep pemberdayaan anak muda lokal.
Alih-alih merekrut barista berpengalaman dari luar kota, Sekhudin mengajak anak-anak muda di sekitar Gang Pulau Pandan Tanjungpinang, untuk belajar dan bekerja.
Sebagian besar karyawan lokal awalnya tidak memiliki latar belakang sebagai barista. Namun melalui training intensif, para calon barista, diajarkan teknik espresso, manual brew hingga menjaga konsistensi rasa.
Hingga kini, kata Sekhudin, Kateng Backyard Coffee masih rutin mengadakan internal training dan kalibrasi espresso, agar setiap barista punya standar rasa yang sama demi menjaga kualitas kopi.
“Produk bisa ditiru, tapi pelayanan itu enggak ada di pasaran. Jadi kami fokus membangun kemampuan, kepercayaan diri dan standar pelayanan anak-anak muda di sini (Gang Pulau Pandan),” jelasnya.
Baca Juga: Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969
Meski demikian, perjalanan tongkrongan klasik yang sederhana ini tidak selalu mulus. Konsep halaman belakang membuatnya rentan dengan cuaca yang berubah-ubah di Tanjungpinang.
Menurutnya, hujan deras sering kali membuat pengunjung bubar mendadak. Selain itu, lokasi yang berada di pemukiman padat juga menimbulkan persoalan parkir kendaraan pengunjung.
“Untungnya masyarakat sekitar mengerti keadaan. Kami juga berusaha menata parkir agar tidak mengganggu lalu lintas. Semua tantangan ini bagian dari proses,” ungkap Sekhudin.
Kini, empat tahun sejak berdiri, Kateng Coffee tetap bertahan. Bukan kafe dengan modal besar atau konsep mewah, melainkan tempat yang tumbuh dari inspirasi, konsistensi dan kebersamaan.
“Harapannya sederhana, yaitu terus bertahan dan tumbuh bersama kedai kopi lokal lainnya. Menjadi bagian dari dunia perkopian sehat di Tanjungpinang,” kata Sekhudin.
Berkembang Menjadi Ruang Interaksi Sosial
![]() |
| Suasana klasik di Backyard Coffee. Arsip Foto: Backyard Coffee |
Seiring berjalannya waktu, Kateng Backyard Coffee juga berkembang menjadi ruang interaksi sosial. Tidak jarang komunitas anak muda lokal menjadikan kafe ini sebagai tempat diskusi.
Selain itu, kafe ini menjadi tempat menggelar pertemuan penting bagi para pekerja, pegawai dan karyawan kantoran untuk bertukar pikiran dan menemukan inspirasi hingga menjadi destinasi kunjungan mahasiswa serta menjadi objek penelitian akademis.
"Kami cukup sering ngopi di sini sambil menyelesaikan tugas kantor yang belum selesai," ungkap Yani, salah seorang pegawai negeri di Tanjungpinang.
Menurutnya, hadirnya kafe sederhana di belakang rumah ini, memberi warna baru bagi Tanjungpinang. Kateng Backyard Coffee bukan hanya tempat minum kopi, tapi juga wadah dan ruang kreativitas anak muda di Tanjungpinang.
Baca Juga: Mengenang Kembali Sentral Kuliner Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang
"Kalau pas nongkrong (ngopi) di sini, kami lihat pengunjungnya rata-rata anak muda. Kadang ada juga mahasiswa yang berdiskusi dan yang buat kegiatan positif di sini," ujar penikmat kopi ini.
Sepengetahuan Yani, saat ini belum ada kafe atau kedai kopi atau tongkrongan anak muda di Tanjungpinang yang memanfaatkan luas halaman belakang rumah pribadi.
"Duduk ngopi sambil ngobrol sama kawan-kawan di sini, ya nyaman. Menurut kami ini sebuah tongkrongan klasik dengan suasananya sunyi dan ekslusif. Menunya juga bervariasi. Cocok lah untuk santai," tutupnya. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa

