Memori Tempo Dulu, Nostalgia Jajanan Legendaris yang Masih Eksis di Tanjungpinang
![]() |
| Memori tempo dulu dengan nostalgia jajanan legendaris yang masih eksis di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Sensasi Tekstur Lembut dan Rasa Manis dari Jajanan Legendaris
Es krim jagung merupakan salah satu jajanan legendaris khas tempo dulu yang pernah sangat populer di seantero Tanjungpinang.
Tekstur lembut dan rasa perpaduan manis jagung dengan kesegaran es krim, menjadikannya camilan favorit pada era 1980 hingga 1990-an.
Ciri khas jajanan legendaris ini terletak pada penggunaan jagung asli yang dihaluskan. Beberapa penjual bahkan menambahkan butiran jagung utuh.
Perpaduan ini memberikan sensasi gigitan yang berbeda. Warna kuning natural dari jagung membuat tampilan semakin menggoda lidah.
Baca Juga: Mengenang Kembali Sentral Kuliner Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang
Berbeda dengan jajanan modern berbasis krim susu, jajanan legendaris tradisional berupa es krim ini dibuat dari campuran santan, gula, susu, dan jagung manis.
Teksturnya lebih padat, sedikit kasar, namun tetap lembut di lidah. Sensasi ini membawa kembali kenangan tempo dulu bagi siapa pun yang menikmatinya.
Maraknya inovasi kuliner, es krim jagung justru bertahan. Banyak yang bernostalgia, bahkan mencoba membuatnya di rumah dengan resep sederhana.
Masih Bertahan dan Masih Dicari
Di antara jajanan legendaris di Tanjungpinang yang mulai jarang ditemui adalah es krim jagung. Camilan ini lawas ini buatan warga Tionghoa bernama Ahua.
Dengan gerobak berukuran sekitar 120 x 80 sentimeter, Ahua terus menjajakan es krim jagung buatannya. Gerobak itu dilengkapi sebuah lonceng kuningan.
Gerobak berpayung berisi es krim jagung itu, merupakan ciri khas yang sejak puluhan tahun lalu menjadi penanda kehadirannya.
Sesekali Ahua menggoyangkan lonceng tersebut. Suaranya yang nyaring langsung menarik perhatian warga di tengah lalu lintas kendaraan.
Tidak jarang, begitu mendengar dentingan lonceng itu, orang-orang berhenti sejenak untuk membeli es krim legendaris milik Ahua.
Baca Juga: Kesan Kuliner Klasik di Kota Lama Tanjungpinang, Eksis Sejak 1975
“Saya memang sengaja pakai lonceng ini. Biar orang tahu kalau saya lewat jual es krim jagung,” kata Ahua.
Payung besar yang membentang di atas gerobak es krim jagung itu, menjadi pelindung Ahua dari terik sinar matahari dan rintik hujan.
Meskipun kini telah berusia 71 tahun, Ahua tetap lincah mendorong gerobak menuju kawasan Jalan Merdeka, Kota Lama Tanjungpinang.
Ahua dengan semangat mendorong gerobak es krim jagung ke sekolah-sekolah dan ke permukiman warga Tanjungpinang.
Para pembelinya pun beragam. Mulai dari anak kecil, remaja hingga orang dewasa yang rindu dengan cita rasa jajanan legendaris itu.
Empat Dekade Menjajakan Es Krim Jagung
![]() |
| Ahua, penjual es krim jagung legendaris di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Setiap pagi, Ahua sibuk menyiapkan adonan es krim dan jagung. Kemudian setelah selesai, ia mulai keliling berjualan es krim jagung sekitar pukul 11.00 siang.
Gerobak Ahua dilengkapi wadah aluminium berbentuk silinder setinggi sekitar 80 sentimeter. Wadah itu tidak pernah diisi penuh es krim.
Baca Juga: Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969
“Kalau diisi penuh, lama-lama jadi keras seperti es batu. Kalau diisi separuh saja, teksturnya tetap lembut,” jelasnya.
Ahua menjual es krim jagung dengan dua pilihan. Pembeli bisa membeli es krim jagung menggunakan gelas plastik seharga Rp8 ribu.
Selain itu, pembeli bisa membeli es krim jagung buatan Ahua dengan variasi lain yaitu dengan menggunakan roti tawar seharga Rp7 ribu.
Sesekali, Ahua menjajakan es krim dengan rasa dan varian yang berbeda. Ia menawarkan es krim rasa durian dan rasa mangga.
"Kalau rasa durian dan rasa mangga tergantung musim," sebut Ahua.
Baca Juga: Minuman Tempo Dulu Khas Tanjungpinang, Tetap Eksis hingga Kini
Menutup hari pada pukul enam sore, Ahua biasanya membawa pulang keuntungan bersih sekitar Rp200 ribu dari berjualan es krim jagung.
Penghasilan dari berdagang jajanan legendaris selama bertahun-tahun itu, digunakan Ahua untuk menyekolahkan kedua anaknya hingga selesai.
“Anak-anak saya sudah selesai sekolah. Tidak kuliah, sudah menikah semua. Saya pun sudah punya cucu,” ucapnya sambil tersenyum. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


