Minuman Tempo Dulu Khas Tanjungpinang, Tetap Eksis hingga Kini

Minuman Tempo Dulu Khas Tanjungpinang, Tetap Eksis hingga Kini
Minuman tempo dulu khas Tanjungpinang yang tetap eksis hingga kini. Arsip Foto: © Raja

Minuman Tempo Dulu yang Terus Dijaga Kelestariannya

Air Dohot merupakan minuman tempo dulu yang lekat dengan tradisi kerajaan Melayu di Pulau Penyengat, Tanjungpinang serta wilayah Kepri lainnya.

Minuman tempo dulu ini bukan hanya sekadar pelepas dahaga, tetapi juga menyimpan nilai historis, filosofi, dan makna historis serta filosofi budaya yang kuat.

Berdasarkan cerita turun-temurun masyarakat Pulau Penyengat, Air Dohot telah dikenal sejak era Kesultanan Riau Lingga, sejak ratusan tahun silam. 

Pada masa itu, Air Dohot tergolong sebagai minuman mewah dan istimewa. Minuman ini disajikan untuk kalangan bangsawan dan lingkungan istana. 

Baca Juga: Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969

Selain menjadi minuman kaum istana, Air Dohot juga kerap disuguhkan dalam berbagai upacara adat, untuk tamu kehormatan dan pemimpin adat.

Menariknya, minuman tempo dulu ini juga diyakini sebagai bekal minuman para pengembara atau pelaut yang melintas di wilayah Kepulauan Riau. 

Kandungan aneka buah yang bersifat menyegarkan, membuat Air Dohot diminati karena dipercaya mampu mengembalikan energi di tengah perjalanan panjang.

Upaya Pelestarian Melalui UMKM Lokal

Salah seorang pelaku UMKM, Raja Aisyah Mutia Zafira (30), pemilik usaha “Air Dohot Hamzah” di Pulau Penyengat, menyebut bahwa buah dohot berasal dari Afrika.

"Buah dohot ini tidak tumbuh di Pulau Penyengat maupun wilayah Kepri, jadi harus dipesan terlebih dahulu," ungkapnya. 

Air Dohot menjadi minuman khas Pulau Penyengat, karena dahulunya perairan Penyengat merupakan jalur persinggahan kapal dagang dari berbagai daerah luar.

"Dari situlah awal mula bahan-bahan Air Dohot masuk dan dikenal masyarakat," sebut Zafira. 

Menurutnya, minuman tempo dulu ini terdiri dari sekitar 10 jenis buah kering, di antaranya buah dohot, kelengkeng kering, kesemek, dan kismis kuning. 

Khasiatnya yang menyegarkan, membuat Air Dohot dahulunya banyak dikonsumsi para pengembara dan para pelaut sebagai penguat stamina.

Baca Juga: Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang

"Insya Allah, Air Dohot punya khasiat buat kesehatan," ucapnya. 

Kini, Zafira terus berupaya mengenalkan kembali minuman tempo dulu ini kepada masyarakat luas dan wisatawan melalui berbagai inovasi. 

Salah satu inovasi yang dilakukan Zafira dengan cara menjadikan Air Dohot sebagai minuman penyambut tamu (welcome drink) di Pulau Penyengat.

"Biasanya kami sajikan untuk tamu penting dan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Penyengat" ujarnya.

Zafira menilai, mengembangkan Air Dohot bukan hanya membuka peluang ekonomi, tetapi juga menjadi bentuk nyata pelestarian warisan dan budaya Melayu.

"Ini bukan sekadar bisnis, tapi cara menjaga warisan agar tetap dikenal oleh generasi muda," katanya.

Baca Juga: Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969

Zafira menyebut, Air Dohot yang telah diseduh hanya mampu bertahan sekitar 30 jam atau mampu bertahan kurang lebih selama dua hari. 

Oleh karena itu, Zafira juga menyediakan dan menjual Air Dohot dalam bentuk paket buah kering yang siap seduh atau siap rebus agar lebih praktis.

"Harga Air Dohot sendiri berkisar antara Rp13 ribu hingga Rp20 ribu per sajian," sebutnya.

Zafira menegaskan, Air Dohot lebih dari sekadar minuman segar, tetapi Air Dohot juga merupakan simbol budaya Melayu yang punya filosofi dan sarat makna. 

Setiap tegukan seakan membawa penikmatnya kembali menelusuri jejak historis, tradisi dan nilai-nilai kehidupan masyarakat tempo dulu.

"Setiap tegukan minuman tempo dulu ini adalah sebagai pengingat akan rasa syukur," tutup Zafira. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar