Menelusuri Jejak Kapal Perang Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
![]() |
| Menelusuri jejak kapal perang legendaris di kota klasik Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Masyhur sebagai Kapal Perang Legendaris Milik Raja Haji Fisabilillah
Di balik angin yang berhembus di tepi perairan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tersimpan hikayat heroik tentang sebuah kapal perang legendaris.
Kisah kapal perang legendaris yang menjadi armada tempur andalan Raja Haji Fisabilillah, Pahlawan Nasional yang masyhur melawan kolonial pada abad ke-18.
Hikayat kapal perang legendaris bernama Bulang Linggi itu, tetap hidup dalam ingatan sebagai simbol kejayaan maritim dan semangat yang tidak pernah padam.
Bulang Linggi bukanlah kapal biasa. Ia diyakini sebagai kapal kayu berukuran cukup besar yang dirancang khusus untuk pertempuran laut.
Baca Juga: Sepak Terjang Panglima Perang Legendaris Tanjungpinang, Didaulat Jadi Pahlawan Indonesia
Badannya kokoh, menggunakan kayu pilihan dari hutan-hutan Sumatra dengan bentuk lambung ramping namun kuat menembus gelombang.
Kapal perang legendaris ini dilengkapi layar besar dan dayung. Kapal jenis penjajap (jenis pertempuran laut) ini juga dipersenjatai meriam dan senjata tradisional.
Kapal perang legendaris Bulang Linggi ini dipercaya mampu mengangkut belasan hingga puluhan pasukan tempur pilihan Raja Haji Fisabilillah.
Selain itu, berfungsi mengangkut logistik perang untuk menyerang kapal musuh yang menguasai jalur perdagangan strategis di Selat Melaka.
Baca Juga: Jejak Arsitektur Klasik Tempo Dulu di Titik Nol Kota Lama Tanjungpinang
Kapal perang legendaris ini juga digunakan Raja Haji Fisabilillah untuk patroli keliling untuk menjaga keutuhan wilayah Kerajaan Riau Lingga.
Dalam catatan historis, sejak 1753, kapal ini menjadi kendaraan atau kapal utama Raja Haji Fisabilillah untuk keliling berlayar ke seantero negeri di Nusantara.
Menjadi kapal pulang balik dari Riau (Tanjungpinang) ke Linggi. Terletak di sebelah utara Malaka, tempat tinggal Yang Dipertuan Muda Riau IlI Daeng Kamboja.
Meskipun demikian, kapal ini bukan hanya sebagai alat perang, tetapi juga sebagai armada harapan, simbol kedaulatan dan kebanggaan Kerajaan Riau Lingga.
Armada Harapan Sang Panglima Perang
Menurut Peneliti Sejarah BRIN Dedi Arman, perahu yang diubah menjadi jenis penjajap ini, merupakan pemberian Kesultanan Asahan kepada Raja Haji Fisabilillah.
"Kapal atau perahu yang dibuat di Asahan," ungkap Dedi.
Terkenal sebagai panglima perang ulung, Raja Haji Fisabilillah memanfaatkan kapal perang Bulang Linggi tersebut, sebagai ujung tombak strategi perang.
Baca Juga: Hikayat Bukit Legendaris di Tanjungpinang, Benteng Alam Tempo Dulu
Dalam setiap pelayaran, kapal perang Bulang Linggi menjadi pusat komando. Di atas geladaknya, taktik perang dirancang, doa dipanjatkan.
"Bulang Linggi ini jenis kapal penjajap. Disebut dalam naskah Hikayat Negeri Johor," jelasnya.
Setiap pelayaran, di atas kapal ini, sumpah setia pasukan tempur diikrarkan demi mempertahankan kedaulatan dan tanah air dari penjajahan musuh.
Baca Juga: Jejak Pulau Legendaris di Tanjungpinang dalam Lintasan Waktu
Dari kapal ini jugalah berbagai serangan mendadak dilakukan terhadap pos-pos musuh yang berbasis di Malaka hingga kawasan sekitarnya.
Dalam Tuhfat Al Nafis tercatat, kapal perang legendaris tersebut digunakan Raja Haji Fisabilillah pada Perang Linggi untuk bertempur melawan kolonial.
Dalam Perang Linggi itu, Raja Haji Fisabilillah juga mendapat luka yang tidak dapat ia hindari. Panglima perang itu terkena sangkur senjata musuh.
Baca Juga: Pertempuran Heroik Raja Haji Fisabilillah, Simbol Hari Jadi Kota Tanjungpinang
Namun, kehebatan Raja Haji Fisabilillah dalam menyusun strategi dan berperang juga semakin terasah setelah mengikuti Perang Linggi.
Kepiawaian bertempur dan berperang yang telah diasah panglima perang Raja Haji Fisabilillah, sejak masih berusia muda.
"Bulang Linggi, kapal perang milik Raja Haji Fisabilillah. Tercatat dalam naskah Tuhfat Al Nafis gubahan Raja Ali Haji," jelas Dedi.
Simbol Kejayaan Maritim Melayu
![]() |
| Replika kapal Bulang Linggi di Jalan Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Lebih dari sebuah kapal, Bulang Linggi adalah lambang perlawanan. Ia mewakili kecerdikan strategi perang, keberanian dan kejayaan maritim Melayu.
Kapal ini juga melambangkan arti semangat jihad Raja Haji Fisabilillah yang kemudian gugur syahid sebagai syuhada di Teluk Ketapang pada 1784.
Namun semangat itu tidak pernah tenggelam, meski ombak zaman terus berubah, Bulang Linggi tetap berlayar dan menjadi warisan berharga bagi bangsa.
Meski penampakan fisik Bulang Linggi kini tidak lagi dapat ditemukan secara utuh, jejaknya diyakini masih hidup dalam ingatan dan cerita rakyat.
Baca Juga: Identitas Sejarah Kota Lama Tanjungpinang, Menjadi Simbol Perjuangan Rakyat Raih Kemerdekaan
Kini Bulang Linggi kerap diabadikan dalam berbagai bentuk. Di Jalan Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, berdiri sebuah replika Bulang Linggi.
Replika ini dibangun untuk memperingati dan mengenalkan kembali kapal Bulang Linggi, sebuah kapal perang dalam historis bangsa Melayu.
Sebuah replika Bulang Linggi yang berdiri kokoh di media jalan, dilengkapi dengan dua layar, rumah di bagian buritan, tujuh perisai serta bendera hula-hula.
Terakhir namun tidak kalah penting, hikayat kapal perang legendaris ini, menjadi inspirasi generasi muda mengenal kejayaan maritim Melayu tempo dulu. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa


