Mengintip Produksi Kerajinan Tangan Klasik Bernilai Seni di Tanjungpinang

Mengintip Produksi Kerajinan Tangan Klasik Bernilai Seni di Tanjungpinang
Mengintip produksi kerajinan tangan klasik bernilai seni di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Limbah Disulap Jadi Karya Kerajinan Tangan Klasik Bernilai Ekonomis

Di tangan kreatif Azman Syah, potongan limbah berupa paralon bekas yang kerap dianggap sampah, justru berubah menjadi kerajinan tangan klasik. 

Dari galeri sederhana di Tanjungpinang, lahir aneka kerajinan tangan klasik unik yang memadukan kreativitas, kearifan lokal dan kepedulian terhadap lingkungan.

Kreativitas menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan diri. Di tangan Azman, barang yang dianggap tak berguna bisa berubah menjadi kerajinan tangan klasik.

Hal itulah yang dilakukan Azman, perajin asal Tanjungpinang yang memanfaatkan limbah berupa paralon menjadi kerajinan tangan bernilai seni dan ekonomis.


Potongan pipa bekas yang biasanya berakhir di tempat pembuangan tersebut, justru diolah menjadi berbagai produk unik dan fungsional. 

Mulai dari tempat tisu, asbak, miniatur kapal, keris, miniatur vespa dan motor, hingga hiasan dinding, plakat, toples, vas bunga, rak sepatu dan miniatur Gedung Gonggong.

Kreasi-kreasi tersebut diproduksi di Galeri Insan Mulia Handicraft yang berlokasi di Perumahan Griya Hang Tuah Permai Blok R Nomor 6, Jalan Ganet, Tanjungpinang.

Angkat Kearifan Lokal Lewat Kerajinan Tangan Klasik

Azman mengungkap, sebagian besar desain karyanya terinspirasi dari kearifan lokal Melayu. Ia juga membuat karya kriya itu dengan desain modern. 

“Tema yang kami angkat biasanya seperti miniatur kapal Lancang Kuning, Bulang Linggi, keris Melayu dan tepak sirih,” ungkapnya.

Dalam proses produksi, ia hanya mengandalkan peralatan sederhana, seperti gerinda potong, gergaji ukir, alat pembakar, lem, kuas, dan cat pernis.

Potongan limbah berupa paralon tersebut dibakar terlebih dahulu agar mudah dibentuk, kemudian diamplas hingga rapi sebelum dirakit menjadi sebuah karya. 


“Semua limbah sebenarnya bisa diolah menjadi karya yang bernilai ekonomis. Tinggal bagaimana kita mengeksplorasi ide dan kreativitas,” kata Azman.

Usaha kerajinan tangan ini telah dirintis sejak tahun 2015. Awalnya, Azman terinspirasi dari video yang ia tonton melalui platform YouTube. 

Berbekal rasa penasaran, ia mulai mencoba dan bereksperimen mengolah limbah paralon bekas di rumahnya dan diubah menjadi karya seni.

Sebagai seorang guru dan penceramah, di waktu luangnya ia kerap mengumpulkan sisa potongan paralon bekas dari berbagai tempat. 


"Kadang kami membeli bahan bekas tersebut dari warga dan tetangga," ungkap Azman. 

Proses produksi dimulai dari pembuatan desain sederhana, pemotongan bahan, pembakaran, pengamplasan, perakitan hingga tahap akhir pengecatan.

“Untuk satu produk biasanya memakan waktu satu sampai dua hari, tergantung tingkat kesulitannya,” jelas Azman.

Harga kerajinan tangan klasik buatannya terbilang terjangkau, mulai dari Rp15 ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung desain dan detail kesulitan.

Dari Galeri, Pameran, Langganan Juara hingga Harapan

Mengintip Produksi Kerajinan Tangan Klasik Bernilai Seni di Tanjungpinang
Azman Syah tengah memproduksi kerajinan tangan berbasis daur ulang di Galeri Insan Mulia Handicraft Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Tidak hanya produktif, karya kerajinan tangan klasik buatan Azman juga diakui, di berbagai ajang lomba tingkat lokal maupun nasional. 

Beberapa prestasi yang berhasil diraih antara lain, Juara III Pekan Inovasi Nasional 2016 di Padang. Juara I Pekan Inovasi tingkat Kota Tanjungpinang 2016.

Kemudian Juara II Festival Bahari Kepri 2016 dan terakhir kali karya Azman meraih Juara III pada Pameran Usaha Baru Dekranasda Fest 2024. 

“Saya mewakili SMAN 7 Tanjungpinang dalam ajang lomba tersebut,” tuturnya.


Azman yang mengajar Teknologi Informatika, Kewirausahaan dan Kerajinan di SMAN 7 Tanjungpinang, aktif membina siswa melalui ekstrakurikuler kriya.

"Kami juga mengajarkan siswa membuat kerajinan tangan bernilai seni dan ekonomis," jelasnya. 

Untuk pemasaran, lanjut Azman, ia kerap menitipkan produk kerajinan tangan klasik di pusat Oleh-oleh dan rutin mengikuti pameran UMKM. 

Azman juga pernah mendapat undangan khusus dari Bintan Resort Lagoi untuk menampilkan karya siswa dalam ajang Muda Fest 2024. 

"Kegiatan ini efektif untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat luas," terangnya. 


Menurut Azman, Kota Tanjungpinang memiliki potensi besar untuk pengembangan kerajinan tangan berbasis daur ulang.

“Anak muda harus fokus mengembangkan bakat dan memanfaatkan waktu seperti mengolah limbah menjadi karya seni,” ujarnya. 

Azman juga berharap pemerintah daerah dapat memberikan ruang dan dukungan lebih luas bagi perajin kerajinan tangan dan pelaku UMKM di Tanjungpinang.

Menurutnya, hasil karya berbasis daur ulang barang bekas ini, bukan hanya berdampak pada ekonomi, tapi juga bisa menjadi daya tarik wisata.

“Wisatawan bisa membawa pulang produk kerajinan tangan klasik ini sebagai cinderamata khas Tanjungpinang,” tutup Azman. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar
Posting Komentar