Panggilan Hati, 30 Tahun Mengabdi Menjaga Lingkungan Kota Klasik Tanjungpinang
![]() |
| Panggilan hati, 30 tahun mengabdi menjaga lingkungan kota klasik Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Kisah Petugas Kebersihan yang Tidak Kenal Lelah Bergelut dengan Sampah
Panggilan hati, dedikasi dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah contoh nyata bahwa setiap orang dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Di salah satu sudut kota klasik Tanjungpinang yang terus berkembang, ada sosok seseorang yang jarang terlihat, namun memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Dia adalah Muhammad Taher (60). Seorang petugas pengangkut sampah yang telah mengabdikan diri selama hampir 30 tahun dengan gerobak kayu sederhana.
Muhammad Taher dengan gerobak khasnya itu, selalu terlihat di antara kawasan Sukaberenang Jalan Ir Sutami Tanjungpinang hingga kawasan Pancur Jalan Juanda Tanjungpinang.
Meski bekerja di bawah terik matahari dan guyuran hujan, dedikasi dan semangat menjaga kebersihan lingkungan tak pernah surut, patut mendapatkan apresiasi dan patut dicontoh.
Baca Juga: Kisah Klasik Inspiratif Perempuan Tangguh Berusia 83 Tahun di Tanjungpinang
Berbekal gerobak kayu sederhana yang telah dimodifikasi, hampir setiap hari, Muhammad Taher berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya mengangkut sampah dari rumah warga.
Pekerjaan ini sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, Muhammad Taher menyadari bahwa pekerjaannya adalah panggilan hati.
Hampir tiga dekade, Muhammad Taher menghadapi berbagai tantangan sebagai petugas pengangkut sampah. Bau menyengat, kotor dan sampah yang kadang berserakan, tak membuatnya gentar.
Hampir setiap hari, Muhammad Taher berjalan kaki hingga beberapa kilometer. Mendorong gerobak yang semakin berat seiring bertambahnya volume sampah rumah tangga.
Meskipun demikian, Muhammad Taher tetap menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi, keyakinan, keikhlasan dan tanggung jawab.
Baca Juga: Inspirasi Klasik dari Pesan Ibu, Tekun Berbagi ke Seluruh Pelosok Tanjungpinang
Ia percaya bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama dan dirinya hanyalah salah satu dari sekian penjaga kebersihan kota.
Ketulusan dan keikhlasan Muhammad Taher yang menjalankan perannya, dapat menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda untuk berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan.
Muhammad Taher menganggap bahwa apa yang dijalankannya selama hampir setengah hidupnya ini, merupakan keberkahan dan rezeki dari Tuhan kepadanya.
“Alhamdulillah, yang penting ikhlas. Kalau kita bekerja dengan niat baik, pasti ada berkahnya,” kata Muhammad Taher dengan penuh keyakinan, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Memulai Pekerjaan Mengangkut Sampah
Pagi hari, Muhammad Taher telah bersiap menjalankan profesinya itu. Mengenakan kaos dan bercelana pendek, terkadang tanpa alas kaki, ia pun memulai pekerjaannya.
Muhammad Taher pun bergerak dari rumahnya lalu membawa dan mendorong gerobak sampah yang dimodifikasi berukuran 2 x 1 meter itu menyusuri jalan kota.
Setelah berjalan beberapa meter dari tempat tinggalnya, Taher mulai beraksi mengambil sampah dari perumahan warga kawasan Sukaberenang Tanjungpinang.
Setiap warga yang menggunakan jasa Taher, memberinya upah sebesar Rp 20 ribu per bulan. Warga pun senang lingkungan bersih berkat Muhammad Taher yang giat menjaga kebersihan lingkungan perumahan.
Muhammad Taher kemudian mengambil sampah rumah tangga yang terletak di tong sampah setiap rumah. Lalu ia memasukkan sampah itu ke dalam gerobak sampah yang dibawanya.
Baca Juga: Memori Tempo Dulu, Nostalgia Jajanan Legendaris yang Masih Eksis di Tanjungpinang
Setelah berkeliling di perumahan warga, Muhammad Taher lalu mendorong gerobak penuh sampah itu ke tempat pembuangan sampah di Jalan Juanda Tanjungpinang.
Muhammad Taher menempuh jarak yang cukup jauh mendorong gerobak berisi sampah. Namun dengan sekuat tenaga dan semangatnya, rasa lelah itupun sirna.
Keringat yang mengucur deras tak menghalanginya untuk terus mendorong gerobak yang penuh sampah itu. Sehingga tiba di tempat pembuangan akhir.
"Kalau capek yang istirahat dulu, minum air botol yang dibawa dari rumah, terus lanjut lagi," ungkap Muhammad Taher.
Setelah itu, ia pun langsung memindahkan sampah perumahan yang ada di gerobak ke dalam tong sampah besar yang berada di tepi Jalan Juanda Tanjungpinang.
Baca Juga: Nelayan Klasik Tanjungpinang Menjaga Tradisi di Tengah Arus Perkembangan Zaman
Tidak lupa pula Muhammad Taher juga terkadang memilah sampah dan tidak membuangnya. Ia mengumpulkan barang bekas kemudian memasukkan kembali barang bekas ke dalam gerobaknya. Ia memanfaatkan sampah itu sehingga menjadi hal yang menghasilkan.
Setiap harinya, ia pulang membawa barang bekas yang tidak terpakai lagi dan bernilai ekonomis. Muhammad Taher mengumpulkan barang bekas di rumah lalu menjualnya untuk mendapatkan uang tambahan.
Di sela-sela istirahat, Muhammad Taher mengaku mempunyai seorang istri dan seorang anak serta seorang cucu. Tinggal di rumah sederhana di Jalan Delima Tanjungpinang. Cukup jauh ke tempat ia mengambil sampah perumahan warga.
Muhammad Taher mengaku ia merupakan keturunan Tionghoa. Ia juga seorang Mualaf (masuk Islam) beberapa tahun silam. Ia selalu menyapa orang lain dengan Assalamu’alaikum.
"Sudah hampir 30 tahun angkut sampah. Pekerjaan ini adalah pekerjaan halal, berkah dan merupakan panggilan hati," sebutnya.
Baca Juga: Jejak Perjalanan Detik dan Waktu Kedai Klasik di Kota Lama Tanjungpinang
Bukti keikhlasan dan ketekunan Muhammad Taher menjalani profesinya ini, ia mampu menafkahi serta membiayai kehidupan keluarganya.
"Dalam hidup ini harus selalu bersyukur atas pemberian dan nikmat dari Allah Yang Maha Kuasa," tutup Muhammad Taher.
Cerita Muhammad Taher mengajarkan bahwa pekerjaan apapun, sekecil apapun, jika dilakukan dengan tulus dan penuh dedikasi, akan memberikan dampak besar.
Muhammad Taher adalah bukti nyata bahwa kontribusi untuk lingkungan tidak selalu harus besar, tetapi konsisten dan niat baik adalah kunci utama.
Cerita panggilan hati ini, dapat menjadi inspirasi dan pelajaran penting untuk lebih menghargai orang-orang di balik layar yang menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar
