Menjajal Impresi dan Sensasi Dunia Ekstrem Klasik di Pulau Bintan

Menjajal Impresi dan Sensasi Dunia Ekstrem Klasik di Pulau Bintan
Menjajal impresi dan sensasi dunia ekstrem klasik di Pulau Bintan. Arsip Foto: © Ahmad DCC

Dunia Ekstrem Klasik yang Menantang Adrenalin dan Menguji Nyali di Tebing Alam

Gunung Lengkuas Pulau Bintan tidak hanya menghadirkan hamparan alam hijau, namun tetap menghadirkan satu dunia ekstrem klasik. 

Di balik ketenangannya, gunung setinggi sekitar 230 meter di atas permukaan laut ini, menyimpan tantangan bagi para pecinta dunia ekstrem klasik.

Kontur tebing Gunung Lengkuas yang beragam, jalur yang relatif ramah bagi pemula, ada pula lintasan yang menuntut kesiapan fisik dan mental. 

Setiap jalur menyuguhkan cerita berbeda. Mulai dari melawan rasa takut, menantang adrenalin hingga pengalaman menaklukkan batas diri.

Baca Juga: Rasakan Kesejukan Alami Tempo Dulu di Tepian Danau Kaki Gunung Bintan

Terdapat dua tebing batu alam di Gunung Lengkuas yang kerap menjadi lokasi pemanjatan adalah Tebing Tapak dan Tebing Batu Topak. 

Keduanya menghadirkan sensasi dunia ekstrem klasik bagi pendaki, atlet panjat tebing, maupun penantang adrenalin yang ingin merasakan rock climbing.

Menjajal dunia ekstrem klasik Rock climbing di Gunung Lengkuas, bukan semata aktivitas fisik, melainkan perjalanan menyatu dengan alam.

Perjalanan menuju tebing dimulai dengan menyusuri jalur setapak menanjak. Pepohonan hutan tropis, bentang danau, serta suara kicau burung liar, menjadi latar alami.

Suasana hening dan sejuk seakan menjadi hadiah awal sebelum berhadapan dengan dinding batu alam yang menjulang cukup tinggi di Gunung Lengkuas.

Baca Juga: Dari Kekayaan Alam Pulau Bintan Menjadi Karya Seni Klasik Ramah Lingkungan

Di kalangan pendaki Pulau Bintan, rock climbing di sisi Gunung Lengkuas khususnya kawasan Lembah Lestari, kerap disebut sebagai olahraga vertikal. 

Di dunia ekstrem klasik itu, setiap pijakan kaki dan genggaman tangan, harus berimgan dan seirama dengan napas serta perhitungan matang. 

Tebing batu alam terkadang licin oleh lumut, menuntut fokus penuh. Kesalahan kecil bisa membuat tubuh melayang, bergantung pada tali pengaman yang terikat di pinggang.

Meskipun demikian, aspek keselamatan tetap diperhatikan. Matras tebal disiapkan di bawah tebing, sementara pendamping berpengalaman selalu sigap mengawasi.

Tantangan demi tantangan dunia ekstrem klasik itulah yang justru memberi makna lebih dari sekadar mencapai puncak tebing. 

Baca Juga: Merasakan Sensasi Alam Timur Tengah Tempo Dulu di Pulau Bintan

Saat berhasil berdiri di atas tebing, rasa lelah seolah terbayar lunas karena panorama alam terbentang luas, danau tenang, langit terbuka, serta hamparan hijau. 

Di titik itu, muncul kesadaran akan kecilnya manusia di hadapan alam, sekaligus besarnya kekuatan yang lahir dari keberanian. 

Bagi para pecinta olahraga ekstrem, menaklukkan tebing Gunung Lengkuas dipercaya sebagai perjalanan menemukan keberanian dan melatih kesabaran. 

Rock climbing juga menjadi ruang perenungan, mengajarkan arti jatuh dan bangkit, serta menjinakkan rasa takut tanpa kesombongan.

Ruang Edukasi bagi Atlet dan Generasi Muda

Menjajal Impresi dan Sensasi Dunia Ekstrem Klasik di Pulau Bintan
Atlet muda menjajal rock climbing di Gunung Lengkuas Pulau Bintan. Arsip Foto: © Ahmad DCC

Seiring waktu, komunitas pendaki di Pulau Bintan dan Tanjungpinang, terus berkembang. Salah satunya adalah Dompak Climbing Club (DCC)

Komunitas ini tidak hanya memanfaatkan Gunung Lengkuas sebagai arena latihan, tetapi juga menjadi ruang edukasi bagi generasi muda.

Memberikan edukasi penting untuk mengenal dunia ekstrem klasik panjat tebing, rock climbing, serta pentingnya menjaga kelestarian alam.

Salah seorang anggota DCC, Ahmad Firdaus (39), menilai Gunung Lengkuas memiliki sumber mata air besar menyimpan filosofi kehidupan. 

Baca Juga: Jejak Pantai Legendaris di Pulau Bintan, Pasir Putih dan Laut Biru yang Memikat

Menurutnya, untuk mencapai puncak, seseorang harus berani menghadapi rasa takut, melawan lelah, serta harus rendah hati.

“Gunung ini mengajarkan kita untuk berdoa, bersyukur dan tidak takabur. Setiap langkah adalah proses,” jelasnya. 

Ahmad menjelaskan, di Lembah Lestari terdapat dua tebing utama yakni Tebing Tapak memiliki ketinggian sekitar delapan meter.

Sementara Tebing Batu Topak sekitar enam meter. Keduanya dinilai ideal sebagai arena latihan atlet muda panjat tebing maupun pecinta rock climbing.

“Dua tebing ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan atlet dan juga sebagai arena olahraga ekstrem,” katanya.

Baca Juga: Bukit Senja, Oase Klasik Padang Rumput Tersembunyi di Tengah Pulau Bintan

Gunung Lengkuas, kata Ahmad, tidak hanya layak sebagai destinasi wisata alam dan panjat tebing, tetapi juga sebagai ruang refleksi bagi siapa pun.

Untuk menuju lokasi, jelasnya, pengunjung atau pendaki dapat menempuh jalur dari Tanjungpinang menuju Jalan Lingkar Wacopek, Bintan.

Kendaraan bisa diparkir di area perkebunan karet di kaki gunung, lalu dilanjutkan dengan pendakian sekitar 10 hingga 20 menit menuju tebing.

Komunitas DCC bersama para pendaki mengimbau pengunjung agar menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan.

Baca Juga: Mahakarya Alam Spektakuler, Ikon Legendaris Pulau Bintan

Pecinta alam dan pendaki juga berharap adanya perlindungan dari pihak berwenang untuk mencegah penebangan liar di Gunung Lengkuas.

“Masih banyak tebing lain yang belum dieksplor dan berpotensi menjadi wisata panjat tebing,” ungkap Ahmad.

Ia menambahkan, bagi wisatawan atau pengunjung yang ingin mencoba dunia ekstrem klasik, DCC menyediakan jasa pendampingan. 

DCC juga menyediakan peralatan keselamatan. Namun lebih dari itu, keberanian, kesabaran, dan kepercayaan diri tetap menjadi modal utama.

“Bagi yang ingin menjajal dunia ekstrem klasik, belajar mendaki dan panjat tebing, silakan menghubungi Komunitas DCC melalui Instagram @kualibintan86,” ajaknya. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar