Cerita Terapis Klasik di Tanjungpinang, Tinggalkan Jejak di Panggung Internasional
0 menit baca
![]() |
| Cerita terapis klasik di Tanjungpinang, tinggalkan jejak di panggung internasional. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Mengenal Sosok Terapis Klasik yang Bekerja di Balik Layar Asian Games
Gemerlap Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang tidak hanya dihiasi sorak atlet dan sorotan kamera, tetapi ada sosok senyap yaitu terapis klasik.
Di balik layar, terapis klasik itu bekerja dalam senyap, memastikan para atlet tetap mampu bertarung di arena pertandingan.
Sosok di balik layar Asian Games itu adalah Muhammad Avib Rudal Kurniawan, terapis klasik profesional yang kini menetap di Tanjungpinang.
Avib pernah menjadi bagian dari tim medis nasional Asian Games 2018. Sebuah pencapaian yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Berangkat dari praktik terapis klasik di kampung, langkahnya justru berhasil menembus panggung olahraga internasional.
“Awalnya hanya dapat informasi pendaftaran dari rekan yang sudah lebih dulu tergabung di tim medis Asian Games Palembang,” ungkap Avib.
Berbekal keyakinan, Avib mendaftarkan diri mengikuti seleksi tim medis yang melibatkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Proses seleksi sebagai tim medis itu membawanya terbang dari Tanjungpinang menuju Palembang, mengikuti rangkaian tes yang ketat.
Pengalamannya menangani dislokasi, cedera, pemulihan pasca-cedera hingga peningkatan stamina, membuat namanya tidak asing di kalangan tenaga medis.
Hasilnya, saat pengumuman resmi, Avib dinyatakan lolos dan terpilih sebagai salah seorang terapis yang bergabung dalam tim medis Asian Games 2018.
“Alhamdulillah, dipercaya menjadi bagian dari tim terapis Asian Games,” kata pria kelahiran Kediri, Jawa Timur, 41 tahun silam itu.
Selama satu bulan bertugas di Asean Games Palembang 2018, Avib menangani berbagai atlet nasional dari beragam cabang olahraga.
Mulai sepak bola, bola voli pantai, dayung, hingga panjat tebing. Bersama tim medis lainnya, ia siaga di Clinic Center Asian Games.
“Pada dasarnya semua cabor ditangani. Kami standby penuh di klinik menangani cedera dislokasi dan pemulihan fisik atlet," jelas Avib.
Meski di balik layar, perannya sangat krusial. Di balik perjuangan atlet meraih prestasi, Avib menjadi penyambung harapan para atlet.
“Melihat atlet yang sebelumnya cedera lalu bisa bertanding lagi setelah diterapi, itu pengalaman yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” tuturnya.
Atas dedikasi tersebut, Avib menerima pin kehormatan dari Kementerian Kesehatan sebagai anggota tim medis Asian Games Jakarta Palembang 2018.
Belasan Tahun Tekuni Dunia Terapi, Buka Klinik di Tanjungpinang
![]() |
| Muhammad Avib menangani pasien di kliniknya di Tanjungpinang. Arsip Foto : © Yusnadi Nazar |
Perjalanan Avib sebagai terapis klasik dimulai jauh sebelum Asian Games. Ia menekuni dunia terapi sejak belasan tahun lalu di Kediri, kota kelahirannya.
Di bawah bimbingan almarhum Dr. Slamet Junaidi, Avib ditempa untuk memahami teknik penanganan cedera dan terapi otot secara mendalam.
Sejak 2008, ia aktif menangani cedera atlet lokal dan berbagai keluhan pasien. Namun pada 2017, Avib memutuskan hijrah ke Tanjungpinang.
“Awalnya hanya main, ngopi. Tapi perjalanan hidup membawa saya menetap di sini (Tanjungpinang),” ujar ayah lima anak itu.
Di Tanjungpinang, Avib membuka layanan Sport Massage, Massage Cedera Olahraga (MCO) dan terapi otot di sebuah rumah sederhana.
Tempat menetap di Perumahan Pesona Alam Mutiara, Tanjungpinang Timur, itu ia jadikan klinik terapis klasik melayani pasien.
Beragam keluhan ditanganinya, mulai dari keseleo, pegal, saraf terjepit, nyeri pinggang, otot tegang, gangguan tulang belakang hingga patah tulang.
Ia juga melayani terapi bekam kesehatan serta keluhan lain seperti kolesterol, asam urat, hipertensi, migrain, vertigo, hingga masuk angin.
Dalam praktiknya, Avib dibantu dua asisten, Syaifullah dan Muhammad Farhan Naufal. Bagi Avib, keduanya calon penerus terapis klasik di Tanjungpinang.
“Mereka dididik agar kelak bisa melanjutkan profesi ini,” katanya.
Menariknya, dalam praktik, Avib tidak menetapkan tarif khusus. Ia memilih prinsip keikhlasan, kecuali untuk paket pengobatan hingga sembuh total.
“Seikhlasnya saja. Siapa pun yang datang, saya bantu semampu saya,” ujar Sarjana Olahraga jebolan Universitas Nusantara PGRI Kediri itu.
Bahkan, sejumlah pasien datang atas rujukan tenaga medis. Namun Avib menegaskan, terapi yang ia lakukan tetap disertai ikhtiar dan keyakinan spiritual.
“Pada akhirnya, sehat itu datangnya dari Allah. Saya hanya berusaha,” tutupnya.
Kini, selain melayani pasien, Avib aktif berbagi pengalaman melalui seminar dan melatih generasi muda yang tertarik dengan dunia terapi.
Ceritanya menjadi bukti bahwa dedikasi, konsistensi, dapat mengantarkan terapis klasik, menorehkan jejak di panggung internasional, meski bekerja di balik layar. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


