Menengok Keterampilan Restorasi Klasik di Tanjungpinang

Menengok Keterampilan Restorasi Klasik di Tanjungpinang
Menengok keterampilan restorasi klasik di Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Melihat Praktik Restorasi Klasik “Penyembuhan Cahaya" di Klinik Unik

Cahaya lampu redup tidak selalu harus dibuang. Melalui keterampilan restorasi klasik, benda terang yang dianggap “mati” kembali dibedah dan disembuhkan.

Dengan keterampilan dan ketelatenan layaknya praktik di sebuah klinik, dengan restorasi klasik, lampu bukan sekadar diperbaiki, melainkan dihidupkan kembali.

Melalui keterampilan restorasi klasik di klinik unik itu, lampu-lampu yang sebelumnya dianggap telah mati, akan kembali dengan sinarnya yang terang.


Ketika lampu bohlam di rumah tiba-tiba padam atau tidak lagi menyala, kebanyakan orang memilih jalan praktis, membuangnya dan membeli yang baru.

Padahal, bagi sebagian masyarakat, harga lampu tidak selalu murah. Di sinilah sebuah keterampilan restorasi klasik, kembali memperbaiki.

Di Tanjungpinang, sebuah tempat menawarkan solusi berbeda. Bukan rumah sakit, melainkan “klinik” kecil. Namanya Klinik Dokter Lampu Tanjungpinang.


Lampu merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari. Penerangan lampu dibutuhkan bukan hanya pada malam hari.

Namun untuk menunjang aktivitas di siang hari, baik di rumah, tempat kerja, maupun ruang publik. Ketika lampu tak berfungsi, kenyamanan pun terganggu.

Alih-alih menjadi sampah, lampu-lampu rusak itu justru “disembuhkan” di tangan ahlinya. Klinik Dokter Lampu hadir sebagai alternatif hemat.


Klinik khusus lampu "sakit" itu hadir di Tanjungpinang dengan menawarkan jasa perbaikan berbagai jenis lampu dengan biaya terjangkau.

Tidak hanya lampu bohlam, beragam jenis lampu lainnya juga bisa ditangani. Bahkan, klinik ini melayani jual beli lampu bekas layak pakai.
 
Lebih dari itu, klinik restorasi klasik ini berkontribusi terhadap lingkungan. Mengurangi limbah elektronik yang kerap menjadi sampah. 

Guru yang Menjadi “Dokter” Lampu

Menengok Keterampilan Restorasi Klasik di Tanjungpinang
Guru yang menjadi "dokter" lampu. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Di balik klinik unik ini, ada tangan terampil dan berdiri sosok Mahyunis (53). Seorang yang berprofesi guru dan mengajar di SMA Negeri 6 Tanjungpinang. 

Profesi lainnya sebagai “dokter” lampu, dijalani bukan tanpa cerita panjang. Mahyunis mengisahkan awal ketertarikannya pada dunia elektronik. 

Saat masih menempuh pendidikan di IAIN Imam Bonjol Padang, ia belajar memperbaiki barang elektronik secara autodidak. 

Minat memperbaiki barang-barang elektronik itu sempat membawanya membuka jasa servis, meskipun tidak bertahan lama.


Namun tahun 2000, Mahyunis hijrah ke Tanjungpinang. Sebagai pendidik dan penceramah, ia kembali menekuni dunia servis.

Pengalamannya semakin matang ketika pada 2005 hingga 2007, ia dipercaya menjadi teknisi lampu lalu lintas (traffic light) di Tanjungpinang.

Titik balik lahirnya Klinik Dokter Lampu, berawal dari kunjungannya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ganet Tanjungpinang. 


Di sana, saat berkunjung ke TPA itu, Mahyunis melihat tumpukan fisik lampu-lampu bohlam utuh yang dibuang begitu saja oleh pemiliknya. 

“Sayang sekali kalau dibuang. Jadi kami bawa pulang dan kami coba perbaiki perbaiki,” kenang Mahyunis.

Dengan ketekunan dan kesabaran, ia bereksperimen memperbaiki lampu-lampu usang tersebut selama hampir setahun. 

Hasilnya tidak mengecewakan. Banyak lampu usang itu kembali menyala sempurna. Kabar keterampilannya pun menyebar dari mulut ke mulut.

Dari Sampah Menjadi Berkah

Menengok Keterampilan Restorasi Klasik di Tanjungpinang
Mahyunis memperbaiki lampu bohlam. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Tahun 2017, Mahyunis resmi membuka usaha servis perbaikan lampu. Tujuan utamanya adalah mengurangi sampah elektronik. 

Mahyunis bahkan menggandeng para pemulung. Saat ini, sekitar 18 pemulung rutin menyetorkan lampu-lampu bekas kepadanya.

Dari lampu itu, Mahyunis memilah komponen yang masih layak pakai. Menurutnya, ada bagian lampu yang bisa dimanfaatkan kembali.

“Kami dan para pemulung sama-sama membantu. Sampah berkurang, barang rusak bisa bernilai lagi,” katanya. 


Julukan “Dokter Lampu” pun melekat. Nama tersebut digunakan setelah ia berkonsultasi dengan seorang dokter sungguhan yang dikenalnya.

“Kata beliau (dokter sungguhan), tidak masalah menggunakan istilah dokter, selama tujuannya untuk kebaikan,” tuturnya.

Klinik Dokter Lampu Tanjungpinang kini telah terdaftar secara resmi dan berbadan hukum. Setiap hari, mulai siang hingga malam, Mahyunis membuka praktik. 

Dalam sebulan, sekitar 400 lampu bekas berhasil diperbaiki dan dijual kembali. Biaya servis pun relatif terjangkau, mulai dari Rp8 ribu hingga Rp75 ribu.

Harga yang ditawarkan tersebut tergantung jenis, merek dan daya lampu dan setiap perbaikan disertai garansi hingga tiga bulan.


Selain servis, klinik restorasi klasik ini juga menyediakan onderdil lampu, komponen LED, hingga kaca lampu bohlam berbagai jenis dan bentuk.

Bahkan, tersedia layanan penyewaan lampu untuk acara, dengan tarif Rp10 ribu per lampu dan per malam, termasuk kabel serta fitting lampu dengan biaya tambahan.

“Alhamdulillah, yang utama pelayanan. Selama masih bisa diperbaiki, kenapa harus dibuang,” tutup Mahyunis. 

Melalui restorasi klasik, benda-benda penerang yang dianggap “mati” kembali "dibedah" dan "disembuhkan" dengan keahlian. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar
Posting Komentar