Melihat Jejak Kamera Tempo Dulu di Kota Klasik Tanjungpinang

Melihat Jejak Kamera Tempo Dulu di Kota Klasik Tanjungpinang
Melihat jejak kamera tempo dulu di kota klasik Tanjungpinang. Arsip Foto: © Hal Maliq Hanifa

Merawat Ingatan dan Ruh Fotografi Lewat Kamera Tempo Dulu

Waktu boleh berlalu, teknologi boleh berganti dan terus berubah serta berkembang, namun sebuah perangkat yakni kamera tempo dulu, memilih bertahan. 

Di Tanjungpinang, kamera tempo dulu berusia puluhan tahun masih disimpan untuk menjaga jejak fotografi dan mengingat setiap jepretan adalah kesungguhan.

Bagi sebagian orang, mengoleksi kamera tempo dulu, sebagai upaya untuk merawat ingatan historis dan perkembangan fotografi dari masa ke masa. 


Itulah yang dilakukan Yusnadi Nazar, pewarta foto atau wartawan foto di Tanjungpinang yang menjaga denyut fotografi analog, melalui kamera tempo dulu.

Di sebuah rumah sederhana di kawasan Batu 5 Tanjungpinang, puluhan kamera tempo dulu tersusun rapi di dalam sebuah lemari. 

Beberapa di antaranya tampak sudah dimakan usia, namun tetap terawat. Saat ditemui, lelaki yang akrab disapa Odi itu tampak telaten merawat kamera tua.

Tampak ia tengah membersihkan dan mengutak-atik koleksi kamera tua serta memastikan setiap sudut, tetap bersih dari debu dan jamur.


Odi mengaku mulai mengoleksi kamera analog sejak tahun 2001. Kamera pertama yang ia miliki merupakan pemberian orang tuanya. 

Dari situlah kecintaannya terhadap fotografi tumbuh dan berkembang, hingga ia mengumpulkan dan mengoleksi  kamera film analog. 

“Awalnya hanya satu kamera. Lama-lama jadi tertarik mempelajari sejarah dan karakter tiap kamera,” ujarnya.

Beragam Kamera Tempo Dulu Masih Tersimpan

Melihat Jejak Kamera Tempo Dulu di Kota Klasik Tanjungpinang
Kamera film analog Fujica M1 yang disebut sebagai kamera produksi Indonesia. Arsip Foto: © Hal Maliq Hanifa

Sebagian besar kamera tempo dulu koleksi Yusnadi Nazar, diproduksi di berbagai negara pada rentang tahun 1940 hingga tahun 1990.

Beragam merek legendaris dari Eropa dan Asia menghiasi rak koleksinya, mulai dari Yashica, Kodak, Ricoh, Canon, Nikon, Lubitel, Zenith, Fujica, Minolta.

Kemudian merek Polaroid Land Camera, Konica, Olympus, Seagull dan Agfa. Tidak sedikit di antaranya yang masih berfungsi dan layak digunakan untuk memotret.

“Rata-rata kamera kami jenis rangefinder fix lens, twin lens reflex (TLR) dua lensa, kamera medium format, single lens reflex (SLR) dan kamera polaroid,” kata Odi.


Menariknya, fotografer jurnalistik ini juga menyimpan dua unit kamera buatan Indonesia yakni Fujica M1 produksi sekitar tahun 1980. 

Kamera Fujica M1 ini, memiliki sejumlah keunggulan yaitu teknik multiple exposure yang tergolong canggih pada masanya.

“Menurut sejumlah referensi bacaan, Indonesia pernah memproduksi kamera sendiri dan teknologinya tidak kalah dengan kamera luar negeri,” kata Odi.

Menurutnya, memotret menggunakan kamera analog menuntut perhitungan, kesabaran dan ketelitian lebih dibanding kamera digital modern.


Mulai dari memasukkan roll film, proses pemotretan dengan kesungguhan dan perhitungan, pencucian film di kamar gelap, hingga proses cetak foto.

“Prosesnya panjang, tapi justru di situ letak kepuasan dan sensasinya,” ungkap Odi.

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah ketersediaan roll film yang semakin langka. Walaupun masih tersedia, tetapi harganya terbilang mahal.

“Sekarang sudah sulit mencari roll film. Ada tapi yang sudah kedaluwarsa. Masih bisa dipakai untuk eksperimen,” jelasnya.

Merawat Kamera Bukan Perkara Mudah

Melihat Jejak Kamera Tempo Dulu di Kota Klasik Tanjungpinang
Kamera analog jenis rangefinder. Arsip Foto: © Hal Maliq Hanifa

Odi berpendapat, kamera film analog memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding kamera digital, selama dirawat dengan baik. 

Selain itu, tetap digunakan jika tersedia roll film dan kamera tempo dulu ini tetap dapat digunakan, tanpa batasan jumlah pemotretan.

“Kamera digital ada limit usia pakainya. Menurut kami kamera tua ini relatif tahan banting,” sebut Odi.

Meski demikian, perawatan kamera tua bukan perkara mudah. Kesabaran dan ketelitian, menjadi kunci utama agar kamera tidak rusak saat dibersihkan.


Di tengah gempuran teknologi digital, Odi tetap memilih bertahan menyimpan dan merawat jejak kegemilangan fotografi pada masa lalu. 

“Merawatnya susah-susah gampang. Salah sedikit saja bisa bermasalah. Sekarang ini hampir semuanya tidak bisa dipakai lagi. Buat pajangan saja,” ucapnya.

Lewat kamera tempo dulu itu, ia bukan sekadar mengoleksi, tetapi juga menjaga historis dan ruh fotografi agar tetap hidup di kota klasik Tanjungpinang. 

Profil Yusnadi Nazar

Melihat Jejak Kamera Tempo Dulu di Kota Klasik Tanjungpinang
Sebagai pewarta foto. Arsip Foto: © Bara Hanani

Seorang wartawan foto dan penulis kelahiran Tanjungpinang. Memasuki dunia fotografi sejak 2001 saat masih berstatus siswa SMA. 

Yusnadi Nazar memulai karir foto jurnalistik sebagai stringer fotografer jurnalistik di antarafoto.com, sejak tahun 2007 hingga 2010. 

Selanjutnya, berkarir di dunia foto jurnalistik sebagai wartawan foto/pewarta foto di Batam Pos sejak 2008 hingga saat ini. 

Ia aktif meliput berbagai peristiwa terutama dalam bidang liputan kriminal. Ia juga mendokumentasikan berbagai aspek kehidupan di Tanjungpinang dan Bintan.

Selain di bidang fotografi jurnalistik, Yusnadi Nazar juga aktif sebagai penulis. Ia menulis feature yang menggambarkan realitas serta potensi Pulau Bintan.


Kombinasi antara kemampuan visual dan naratifnya, Yusnadi Nazar diganjar sejumlah penghargaan di bidang foto jurnalistik. 

Yusnadi Nazar pernah menyabet peringkat 1 Anugerah Karya Foto Jurnalistik Tanjungpinang tahun 2010 dan 2012.

Selain itu menjadi nominator Indonesia Port Award Kategori Foto Jurnalistik tahun 2014. Foto Favorit Transparency International tahun 2016. 

Kolektor kamera tempo dulu ini juga nominator Kompetisi OJK untuk Jurnalis 2021 dan Peringkat 3 Anugerah Karya Tulis Jurnalistik Polresta Tanjungpinang 2024. (*)

1 komentar
Batal
Comment Author Avatar
Mantappp keren banget 🔥🔥🔥