Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu

Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu
Suasana Kota Lama Tanjungpinang, jejak atmosfer klasik yang tidak lekang oleh waktu. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar

Kota Lama Tanjungpinang yang Terus Hidup di Tengah Zaman

Kota Lama Tanjungpinang tidak hanya sekadar menyimpan atmosfer klasik tempo dulu. Kawasan menyimpan bangunan berusia puluhan bahkan ratusan tahun. 

Ia adalah ruang hidup yang merekam denyut historis, tempat masa tempo dulu dan masa kini bertemu dalam satu lanskap yang tetap memikat. 

Di Kota Lama Tanjungpinang, atmosfer klasik menjelma menjadi identitas historis yang terus bertahan, meskipun zaman terus bergerak maju dan berkembang.

Menyusuri Jalan Merdeka, Jalan Gambir, Jalan Bintan, Jalan Masjid hingga Jalan Teuku Umar, pengunjung seakan diajak berjalan mundur ke masa lampau. 

Baca Juga: Identitas Sejarah Kota Lama Tanjungpinang, Menjadi Simbol Perjuangan Rakyat Raih Kemerdekaan

Deretan bangunan bercorak klasik berdiri kokoh, menghadirkan kesan tempo dulu yang khas, berpadu dengan warna cerah yang kini memperindah Kota Lama Tanjungpinang.

Aroma kopi dari kedai tua berpadu dengan harum roti panggang, menciptakan sensasi khas yang menggiring langkah siapa pun untuk berhenti sejenak. 

Suasana klasik tempo dulu itu jarang ditemui di kawasan perkotaan modern. Namun siapa pun dapat menikmati suasana itu di Kota Lama Tanjungpinang.

Dari Pusat Perdagangan Masa Silam hingga Ikon Wisata dan Ekonomi Kota

Pada masa kerajaan dan kekuasaan kolonial hingga awal kemerdekaan Indonesia, Kota Lama Tanjungpinang terkenal sebagai jantung perdagangan di Kepri. 

Para saudagar dari berbagai etnis Melayu, Minang, Arab, India, Tionghoa, hingga Eropa, pernah menjadikan kawasan ini sebagai persinggahan. 

Menjadikan kawasan Kota Lama Tanjungpinang sebagai pusat aktivitas ekonomi sehingga membentuk karakter perdagangan klasik yang masih terasa hingga kini.

Geliat perdagangan tempo dulu itu menjadikan Kota Lama Tanjungpinang, sebagai simpul maritim yang penting di kawasan Kepri hingga Selat Malaka. 

Seiring waktu, Kota Lama Tanjungpinang bertransformasi menjadi denyut ekonomi modern yang tetap berpijak pada nuansa klasik tempo dulu.

Toko-toko kelontong, bank, kedai kopi, kafe bergaya klasik, hingga pusat perbelanjaan tradisional, tumbuh berdampingan dengan bangunan tempo dulu. 

Saat malam tiba, Kota Lama Tanjungpinang menampilkan pesona dan kesan yang berbeda. Sorot lampu jalan bernuansa kuning keemasan memantul di dinding bangunan tua. 

Kesan itu menciptakan atmosfer klasik yang hangat penuh nostalgia. Suasana itu sering menjadi magnet wisatawan maupun warga lokal yang ingin merasakan suasana kota tempo dulu.

Meskipun modernisasi dan perkembangan zaman perlahan-lahan menyentuh kawasan ini, namun atmosfer klasik Kota Lama Tanjungpinang, tetap terjaga. 

Ia tidak kehilangan jati diri, justru semakin mempertegas posisinya sebagai simbol keberlanjutan antara historis dan kehidupan masa kini. 

Jejak Historis dan Warisan Budaya

Kota Lama Tanjungpinang memiliki peran strategis dalam memiliki jejak historis serta menjadi sebuah warisan budaya di Kepulauan Riau (Kepri). 

Selain itu, kawasan Kota Lama Tanjungpinang kini menjadi pusat administrasi sekaligus merupakan denyut utama kegiatan ekonomi dan pemerintahan.

Peneliti sejarah BRIN Dedi Arman, menyebut bahwa sejak awal abad ke-19, Tanjungpinang telah berkembang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang penting.

Ciri arsitektur bangunan di sejumlah ruas jalan seperti Jalan Merdeka dan Jalan Teuku Umar, memperlihatkan pengaruh gaya Eropa yang membentuk wajah visual Kota Lama Tanjungpinang.

Dedi mengatakan kehadiran berbagai komunitas etnis yang berdagang dan bermukim di Kota Lama Tanjungpinang, turut membentuk akulturasi budaya yang kaya. 

Baca Juga: Kota Tua Tanjunguban yang Melegenda, Masyhur sebagai Kota Pelabuhan

“Pasca kemerdekaan, beberapa ruas jalan mengalami perubahan nama, seperti Jalan Merdeka yang diambil sebagai simbol kebebasan,” katanya. 

Dedi menyebut kawasan yang termasuk bagian Kota Lama meliputi wilayah Tepi Laut, Jalan Merdeka, Jalan Teuku Umar, Jalan Bintan, Jalan Masjid, Jalan Yusuf Kahar, Jalan Gambir hingga Jalan Pos.

Kini, lanjut Dedi, kawasan tersebut berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi, wisata sejarah, pusat informasi, serta ruang penyelenggaraan berbagai agenda budaya dan seni.

“Kota Lama menjadi destinasi wisata sejarah baru di Kepri, selain Pulau Penyengat yang telah lebih dulu dikenal luas,” tambahnya.

Revitalisasi dan Masa Depan

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Tanjungpinang terus melakukan revitalisasi kawasan Kota Lama Tanjungpinang. 

Revitalisasi menyeluruh itu, kata Dedi, tetap mempertahankan ciri arsitektur klasik tempo dulu yang menjadi identitas utama Kota Lama Tanjungpinang. 

Langkah revitalisasi ini mencakup pelestarian bangunan bersejarah seperti masjid, gereja, sekolah serta peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata.

“Penataan ini bertujuan menjaga nilai historis sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata berbasis budaya,” ujar Dedi.

Upaya ini termasuk pelestarian bangunan bersejarah seperti Masjid, Gereja dan bangunan sekolah (SD Bintan) serta peningkatan infrastruktur untuk menarik wisatawan.

Baca Juga: Jejak Pulau Legendaris di Tanjungpinang dalam Lintasan Waktu

"Penataan atau revitalisasi itu tetap mempertahankan gaya klasik Kota Lama," ujar Dedi. 

Upaya tersebut diharapkan mampu memperkuat citra Kota Lama Tanjungpinang sebagai ruang warisan budaya yang lestari dan produktif secara ekonomi dan sosial.

Saat ini, promosi yang gencar dilakukan, menjadi bagian penting dalam memperkuat identitas Kota Lama Tanjungpinang sebagai identitas dan simbol historis. 

Kota Lama Tanjungpinang kini berdiri sebagai pengingat masa lampau dan sebagai bukti bahwa nilai historis, mampu beradaptasi dengan masa kini tanpa kehilangan atmosfer klasik. (*)

Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar