Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu

Catatan Visual
0
Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu
Suasana Kota Lama Tanjungpinang, jejak atmosfer klasik yang tidak lekang oleh waktu. Arsip Foto: Yusnadi Nazar

Dari Riuh Kejayaan Masa Silam, Menjelma Jadi Pusat Ekonomi dan Wisata Tempo Dulu


Kota Lama di Tanjungpinang meninggalkan jejak klasik. Kawasan ini adalah lembaran sejarah. Setiap sudutnya menyimpan cerita tentang riuh kejayaan masa silam. Namun kini berubah menjadi destinasi wisata berbalut nuansa tempo dulu dan sebagai pusat ekonomi Tanjungpinang.


Jika berjalan di kawasan Kota Lama yakni di Jalan Merdeka, Jalan Gambir, Jalan Bintan, Jalan Masjid, Jalan Teuku Umar Kota Lama Tanjungpinang, suasana retro dan klasik langsung terasa. Bangunan toko-toko tempo dulu, masih berdiri gagah. Arsitektur tua itu semakin menambah kesan klasik, elegan dan estetik.


Tidak jarang, jika menyinggahi Kota Lama Tanjungpinang yang kini tetap tampil klasik dengan bangunan warna-warni, aroma kopi dari kedai kopi tua bercampur dengan wangi roti panggang, menggiring langkah kaki. 


Pada masa lampau, kawasan Kota Lama adalah pusat perdagangan. Pedagang dari berbagai bangsa baik Melayu, Minang, Arab, India dan Tionghoa hingga Eropa, pernah menjejakkan kaki di Kota Lama. 


Aktivitas jual beli di kawasan Kota Lama menjadikan Tanjungpinang sebagai simpul maritim yang penting. Suasana riuh pasar dan kesibukan Kota Lama tempo dulu, meninggalkan jejak sejarah yang tetap terasa hingga zaman modern. 


Kini, geliat Kota Lama yang berada di Titik Nol Tanjungpinang ini, kembali bangkit dengan wajah baru. Bangunan-bangunan tua mulai dihias. Sebagian disulap menjadi kedai kopi atau cafe bergaya retro, bank, toko pakaian dan toko kebutuhan rumah tangga. Kawasan ini pun menjelma sebagai pusat ekonomi.


Tidak hanya sekadar untuk berbelanja berbagai kebutuhan, kawasan Kota Lama Tanjungpinang juga menjadi tempat bagi siapa saja yang ingin merasakan atmosfer klasik tempo dulu. 


Pada malam hari, suasana Kota Lama semakin hidup. Lampu-lampu jalan bergaya klasik dan berwarna kuning, memantulkan cahaya pada dinding-dinding bangunan tua, menghadirkan nuansa nostalgia dan kenangan yang tidak terlupakan. 


Meskipun wajahnya telah berubah menjadi sedikit lebih modern, namun ruh klasik itu tetap lekat di setiap sudut Kota Lama Tanjungpinang dan bisa terus bertahan tanpa kehilangan jati diri.


Kota Lama Tanjungpinang adalah bukti bahwa warisan masa lalu dapat beradaptasi dengan zaman. Dari riuh kejayaan masa silam hingga menjadi pusat ekonomi dan destinasi wisata tempo dulu, kawasan ini berdiri tetap tegak sebagai jejak klasik yang tidak lekang oleh waktu.


Sejarah dan Warisan Kota Lama


Kota Lama Tanjungpinang memiliki sejarah yang panjang dan penting. Pada masa lalu, kawasan strategis ini merupakan pusat ekonomi dan perdagangan.


Kawasan Kota Lama juga merupakan salah satu kawasan bersejarah yang kaya akan nilai budaya dan warisan masa lalu. Kawasan ini juga menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah Tanjungpinang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di Kepri.


Menurut peneliti sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dedi Arman, pada awal abad ke-19, Tanjungpinang berkembang sebagai pusat administratif dan perdagangan. Selain itu, menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan ekonomi.


Selain itu, banyaknya bangunan tua yang berdiri di kawasan Kota Lama terutama di Jalan Merdeka dan Jalan Teuku Umar, mencerminkan arsitektur khas Eropa yang mendominasi lanskap kota.


Tidak hanya itu, Kota Lama Tanjungpinang juga menjadi tempat bertemunya berbagai budaya karena kedatangan pedagang Melayu, Arab, Minang, India dan Tionghoa.


"Setelah Indonesia merdeka, jalan ini kemudian berubah nama menjadi Jalan Merdeka sebagai simbol kebebasan dan kemerdekaan," sebut Dedi. 


Menurut Dedi, mulai dari kawasan Tepi Laut, Jalan Merdeka, Jalan Teuku Umar, Jalan Bintan, Jalan Masjid, Jalan Yusuf Kahar, Jalan Gambir dan Jalan Pos, dikenal sebagai kawasan Kota Lama Tanjungpinang. Saat  ini menjadi pusat ekonomi bisnis, pusat informasi, wisata tempo dulu hingga menjadi tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan budaya.


"Kota Lama Tanjungpinang adalah magnet baru wisata sejarah di Kepulauan Riau (Kepri), selain Pulau Penyengat yang sudah mendunia," jelasnya. 


Dedi menambahkan, saat ini, pemerintah daerah terus berupaya menghidupkan kembali gairah perekonomian, bisnis wisata dan budaya di kawasan Kota Lama Tanjungpinang, agar menjadi aset sejarah yang bernilai. 


Beberapa tahun terakhir, pemerintah berupaya melakukan merevitalisasi dan melestarikan kawasan Kota Lama Tanjungpinang. Upaya ini termasuk pelestarian bangunan bersejarah seperti Masjid, Gereja dan bangunan sekolah (SD Bintan) serta peningkatan infrastruktur untuk menarik wisatawan.


"Penataan atau revitalisasi itu tetap mempertahankan gaya klasik Kota Lama," ujar Dedi. 


Penataan Kota Lama, tambah Dedi, bertujuan tidak hanya untuk melestarikan warisan budaya saja, tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian lokal melalui pariwisata. 


"Saat ini, promosi Kota Lama terus dilakukan untuk memperkuat identitas warisan budaya serta meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan masyarakat," tutupnya. (*)


Penulis: Yusnadi Nazar

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/