Cerita Aktris Legendaris Indonesia asal Tanjungpinang, Kini Mengabdi di Rumah Allah
![]() |
| Cerita aktris legendaris Indonesia asal Tanjungpinang yang kini mengabdi di rumah Allah. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Kisah Aktris Legendaris, Dari Gemerlap Layar Lebar Menuju Cahaya Mihrab Masjid
Lebih dari tiga dekade lalu, seorang perempuan istimewa asal Tanjungpinang, menjadi aktris legendaris yang menghiasi layar lebar tanah air.
Akris legendaris itu sempat merasakan gemerlap layar lebar dunia film dan menikmati sorotan kamera di masa keemasan perfilman Indonesia.
Kini, aktris legendaris itu memilih jalan berbeda. Menjauh dari gemerlap hiburan untuk mengabdikan hidupnya di rumah Allah.
Perempuan istimewa yang tumbuh besar di Tanjungpinang itu, kini mengabdi menjadi penerang bagi anak-anak yang belajar Al-Qur’an.
Baca Juga: Panggilan Hati, 30 Tahun Mengabdi Menjaga Lingkungan Kota Klasik Tanjungpinang
Ba’da Asar, 3 Rabiul Awal 1447 Hijriah atau Rabu 27 Agustus 2025, lantunan ayat suci terdengar dari dalam Masjid Agung Al Hikmah.
Di salah satu sudut Masjid di Kota Lama Tanjungpinang itu, perempuan mengenakan hijab, duduk dikelilingi anak-anak yang tekun mengaji.
Perempuan istimewa itu adalah Nihayah, seorang aktris legendaris yang wajahnya dulu akrab di mata penonton layar lebar di era 1990-an.
Nihayah lahir tanpa kedua tangan, namun terbiasa melakukan berbagai aktivitas dengan kedua kakinya, termasuk mengajar mengaji.
Jejak Karir di Dunia Film
Nama Nihayah melambung di awal 1990-an. Kemampuannya berakting membawanya beradu peran dengan sejumlah bintang besar.
Pada 1992, film “Kuberikan Segalanya” dirilis. Dalam film drama berdurasi 112 menit besutan sutradara Galeb Husein itu, Nihayah jadi pemeran utama.
Nihayah memerankan karakter Anisa, seorang gadis difabel tanpa tangan, penderita kanker yang berjuang untuk keluarganya.
Nihayah berakting bersama Dedi Mizwar, Rano Karno, HIM Damsyik, Anwar Fuady, Gito Gilas, Paramita Rusady hingga Clara Sinta.
Berkat penampilan gemilangnya, Nihayah meraih Penghargaan Khusus Dewan Juri FFI 1992 untuk kategori Pemeran Utama Perempuan.
Baca Juga: Kisah Klasik Inspiratif Perempuan Tangguh Berusia 83 Tahun di Tanjungpinang
Namun, di balik masa kejayaan itu, perjalanannya tidak selalu mudah. Terlahir tanpa tangan, ia tumbuh sebagai perempuan tangguh.
Nihayah tidak pernah menjadikan keterbatasan fisik yang ada pada dirinya itu sebagai penghalang untuk selalu berbuat yang terbaik.
Nihayah lahir dengan keterbatasan fisik di Tanjungpinang 2 Juni 1959. Ia mengenyam pendidikan dari SD hingga SMA di Kota Tanjungpinang.
Ia sempat melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Riau (UNRI). Cita-cita meraih gelar sarjana terhenti setelah ayahnya, Abubakar, wafat.
Nihayah kemudian pulang untuk menemani ibunya, Rafe’ah dan lalu mencoba berbagai usaha demi menyambung hidup.
Baca Juga: Inspirasi Klasik dari Pesan Ibu, Tekun Berbagi ke Seluruh Pelosok Tanjungpinang
"Tahun 1985, kami pernah jual kain dan pakaian yang dibeli dari Singapura. Kemudian kami jual di Tanjungpinang," ungkap alumni SMAN 1 Tanjungpinang ini.
Pada pertengahan 1980-an, ia sempat berdagang kain dan pakaian dari Singapura. Ia lalu berjumpa dengan abang iparnya yaitu Galeb Husein.
Tidak banyak yang tahu, abang iparnya itu merupakan sutradara kawakan Indonesia yang juga lahir dan besar Tanjungpinang.
Perjumpaan antara Nihayah dan Galeb Husein itu membuka jalan sang aktris legendaris itu ke dunia layar lebar dan perfilman.
Dari Popularitas ke Jalan yang Suci
Setelah masa kejayaan itu berlalu, Nihayah memilih fokus mendalami pendidikan Islam. Sejak 1999, ia aktif mengajar mengaji.
Nihayah aktif mengajar anak-anak membaca Iqro, Juz Amma hingga Al-Qur’an serta materi keagamaan seperti tauhid, akhlak, dan fiqih.
Hampir 25 tahun terakhir, Masjid Agung Al Hikmah menjadi rumah keduanya. Ia kini menjabat sebagai Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah.
“Dahulu kami berada di dunia seni. Namun hati ini selalu rindu untuk kembali kepada Allah, mendidik anak-anak dengan Al-Qur’an,” tuturnya.
Saat ini sekitar 60 anak saat ini belajar dengannya. Anak-anak itu memperoleh ilmu Al-Qur'an dari seorang Nihayah.
Baca Juga: Jejak Rasa Kuliner Klasik Khas Kota Lama Tanjungpinang, Melegenda Sejak 1969
Tidak hanya itu, anak-anak yang berguru kepadanya, dapat menyaksikan keteladanan dari seorang guru yang sabar, ikhlas dan rendah hati.
Nihayah mengaku ia tidak pernah malu dengan kekurangannya sejak kecil. Ia menjalaninya seperti anak-anak lain, meskipun tanpa kedua tangan.
“Alhamdulillah, kami mensyukuri apa yang Allah berikan,” ucapnya bersyukur.
Bagi Nihayah, nilai hidup bukan lagi tentang popularitas tempo dulu, melainkan doa-doa yang tulus dari anak-anak didik yang ia bimbing.
“Semoga ilmu yang kami ajarkan menjadi amal jariyah buat kami,” ungkapnya haru.
Panggung Sejati di Tanah Kelahiran
![]() |
| Nihayah, perempuan istimewa dan artis legendaris, menulis menggunakan kaki. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Dari panggung film Indonesia hingga mihrab Masjid, perjalanan hidup Nihayah menghadirkan pelajaran berharga tentang syukur dan pengabdian.
Ia pernah dikenal sebagai aktris legendaris yang tampil di layar lebar. Kini, ia adalah sosok guru yang menyalakan cahaya Islam bagi generasi muda Tanjungpinang.
“Inilah panggung kami sekarang, mengajar dan mengabdi di jalan Allah,” ucapnya sambil tersenyum.
Baca Juga: Jejak Perjalanan Detik dan Waktu Kedai Klasik di Kota Lama Tanjungpinang
Dari gemerlap layar lebar, kini ia menjelma menjadi sosok pengabdi di rumah Allah, mendidik generasi muda dengan cahaya Al-Qur’an dan cahaya Islam.
Dari panggung film hingga melantunkan ayat suci pada hari ini, perjalanan hidup aktris legendaris ini bisa dijadikan panutan dan inspirasi bagi siapa saja. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


