Menyingkap Naskah Klasik Mahakarya Intelektual Legendaris Melayu yang Menjadi IKON
![]() |
| Menyingkap naskah klasik mahakarya intelektual legendaris Melayu yang menjadi IKON. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Mengenal Pujangga dan Intelektual Abad 19 Penulis Naskah Klasik Melayu
Sejumlah naskah klasik karya intelektual legendaris Melayu, Raja Ali Haji resmi ditetapkan sebagai Warisan Ingatan Kolektif Nasional (IKON).
Penetapan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia ini, merupakan pengakuan terhadap nilai historis, budaya dan intelektual dari naskah klasik Raja Ali Haji.
Selain itu, kepentingan naskah klasik Raja Ali Haji tersebut, sebagai sumber pengetahuan bagi bangsa Indonesia masa kini dan masa depan.
Menurut Perpusnas dan pakar yang dilibatkan dalam penilaian IKON, naskah klasik Raja Ali Haji menjadi sumber referensi penting historis literatur dan bahasa Melayu.
Baca Juga: Ilmu Optik Klasik dan Jejak Ilmuwan Muslim di Balik Lahirnya Teknologi Visual
Naskah klasik itu juga memperlihatkan struktur, kosa kata, dan nilai budaya yang memengaruhi pembentukan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.
Selanjutnya, naskah klasik sang pujangga Melayu itu mencerminkan tradisi intelektual masyarakat Melayu abad ke-19 yang masih relevan hingga kini.
Penetapan itu memberikan landasan untuk rencana selanjutnya yaitu pengusulan karya Raja Ali Haji ke program internasional UNESCO Memory of the World (MoW).
Jika berhasil, naskah-naskah klasik tersebut akan diakui sebagai bagian dari ingatan kolektif dunia, sejajar dengan warisan dokumenter global lainnya.
Dengan masuknya naskah klasik Raja Ali Haji ke daftar IKON ini, maka Indonesia menegaskan komitmennya dalam pelestarian naskah kuno Nusantara.
Melakukan penelitian atas kekayaan literatur klasik, pemberdayaan masyarakat melalui pengetahuan historis budaya dan pemajuan kebudayaan Indonesia di panggung internasional.
Penetapan ini juga diharapkan menjadi pintu awal bagi generasi muda untuk kembali menggali kekayaan naskah klasik di Indonesia.
Khususnya yang ditulis oleh tokoh besar seperti intelektual legendaris Melayu dari Pulau Pulau Penyengat Tanjungpinang, Raja Ali Haji.
Karya Raja Ali Haji yang Menjadi Jejak Peradaban
![]() |
| Potret Raja Ali Haji. Arsip Foto: Wikipedia |
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad lahir di Pulau Penyengat, Tanjungpinang pada 1808. Wafat di Pulau Penyengat, Kesultanan Lingga pada 1873.
Ia merupakan salah satu tokoh sentral paling berpengaruh dalam historis atau sejarah sastra Melayu dan budaya Nusantara.
Sebagai ulama, sejarawan, pujangga, dan ahli bahasa, ia berhasil merumuskan dasar-dasar bahasa Melayu klasik yang menjadi fondasi lahirnya Bahasa Indonesia.
Karya-karya tulisnya tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi, melainkan juga fungsi historis, linguistik serta nilai filosofis yang mendalam.
Baca Juga: Riwayat Benteng Tangguh di Puncak Pulau Legendaris, Penjaga Bumi Tanjungpinang
Sebagai intelektual, Raja Ali Haji menghasilkan naskah klasik yang menjadi mahakarya penting yaitu Gurindam Dua Belas tahun 1847.
Tuhfat al-Nafis (Hadiah Berharga) yakni karya historis Melayu yang mencatat hubungan antara berbagai kerajaan Melayu dan Bugis.
Kitab Pengetahuan Bahasa yakni risalah mengenai tata bahasa Melayu yang kemudian menjadi dasar standar bahasa Melayu baku.
Baca Juga: Jejak Historis Tempo Dulu di Pulau Biram Dewa Kota Klasik Tanjungpinang
Bustan al-Katibin dan Syair Abdul Muluk serta sejumlah naskah lain yang berisi hukum, etika, adat, dan pengetahuan sosial politik pada zamannya.
Karyanya membantu menentukan struktur Bahasa Melayu baku. Pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, diadopsi sebagai dasar Bahasa Indonesia.
Selain itu, intelektual legendaris dari Pulau Penyengat Tanjungpinang, Raja Ali Haji juga disebut "Bapak Kesusastraan Melayu" dan "Bapak Bahasa Indonesia."
Terakhir, berkat naskah klasik dan jasanya, Raja Ali Haji dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 10 November 2004.
Ditetapkan sebagai IKON pada Desember 2025
![]() |
| Naskah Raja Ali Haji ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional. Arsip Foto: © Perpusnas |
Usai melewati proses penilaian panjang, Perpusnas resmi menetapkan Naskah klasik karya Raja Ali Haji sebagai naskah IKON, Rabu 10 Desember 2025.
Mengutip perpusnas.go.id, Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, mengapresiasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kepri dan Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat selaku pengusul.
Apresiasi Perpusnas tersebut diberikan atas upaya yang dilakukan untuk memberikan jenama atau merek baru kepada urusan naskah ini.
IKON sangat penting karena warisan budaya adalah catatan tentang peradaban yang seringkali tidak selalu tercatat dengan rapi.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Kapal Perang Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
Hal itu menurut Azis, menyebabkan warisan peradaban yang berasal dari masa lalu tersebut, tidak tersampaikan ke masa depan.
"Untuk itu, saya menempatkan upaya ini menjadi satu dari tiga program prioritas Perpusnas yaitu Pengarusutamaan Naskah Nusantara," kata Aziz.
"Hal ini semata-mata karena saya melihat bagaimana pentingnya warisan ini untuk generasi mendatang," sambungnya.
Aziz menekankan agar nantinya substansi dari naskah klasik karya Raja Ali Haji, dapat dialih wahana ke media seperti komik dan buku bergambar.
Dengan konsep berpikir seperti ini, Aziz berharap, proses pewarisan akan dapat lebih jauh tersampaikan hingga ke generasi muda.
Baca Juga: Sepak Terjang Panglima Perang Legendaris Tanjungpinang, Didaulat Jadi Pahlawan Indonesia
Sementara itu, Ketua Komite IKON, Suharyanto berharap pihak pengusul dapat berkomitmen membuat agenda preservasi naskah.
Tujuannya tidak lain adalah agar upaya untuk menggemakan substansi dari naskah klasik Raja Ali Haji, dapat terus bergulir.
"Saya harap selanjutnya pihak pengusul dapat membuat agenda preservasi agar ada dan terjaga keberlanjutannya," katanya.
Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepri Herry Andrianto, menegaskan komitmen untuk segera mendigitalkan naskah tersebut.
Baca Juga: Pulau Klasik di Tanjungpinang yang Gemilang, Warisan Melayu Tempo Dulu
Pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kepri juga akan menelusuri dan mencari naskah-naskah klasik karya Raja Ali Haji lainnya.
Selanjutnya, akan mengembangkan upaya lanjutan untuk mengenalkan naskah-naskah klasik tersebut ke generasi muda melalui sosialisasi.
"Kami ingin Raja Ali Haji tidak hanya dikenal sebagai pahlawan, namun semangat dan semua yang sudah beliau buat, bisa ditularkan ke masyarakat Kepri," tegasnya.
"Kami punya tanggung jawab besar untuk bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat Kepri tentang beliau," sambung Herry.
Baca Juga: Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama
Naskah-naskah klasik mahakarya Raja Ali Haji, sejatinya terdiri dari 15 naskah bunga rampai yang memiliki keunikan tersendiri.
Karena tergolong langka, maka sebagian hanya bertahan dalam satu atau dua salinan yang tersebar di Perpusnas, British Library dan beberapa institusi lain.
Adapun naskah karya Raja Ali Haji yang diusulkan yaitu Tsamarat al-Muhimmah, Bustan al-Katibin, Gurindam Dua Belas, dan Syair Abdul Mulk.
Empat naskah klasik itu kini berada di Perpusnas Indonesia dan Syair Siti Sianah, berada di Yayasan Indera Sakti, Pulau Penyengat, Tanjungpinang. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar



