Nostalgia Medium Lawas, Teknologi Klasik Tempo Dulu yang Tinggal Kenangan
0 menit baca
![]() |
| Nostalgia medium lawas, teknologi klasik tempo dulu yang tinggal kenangan. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Dari Era Keemasan Medium Lawas hingga Menjadi Artefak Digital
Medium lawas ini merupakan salah satu media, wadah atau tempat penyimpanan data paling ikonik dalam historis teknologi komputerisasi tempo dulu.
Pernah berjaya di masanya, medium lawas yang merupakan benda tipis berbahan cakram magnetik ini, kini berubah menjadi artefak digital.
Dari era keemasan tempo dulu, medium lawas ini l, kini hanya menyisakan kenangan dan nostalgia bagi generasi awal pengguna komputer.
Medium lawas yang disebut disket, floppy disk atau cakram liuk itu, pertama kali dikembangkan pada 1967 oleh insinyur IBM, Alan Shugart.
Pada masa awal pengembangannya, cakram liuk ini hadir dalam ukuran besar sekitar 8 inci. Kapasitas penyimpanan terbatas, hanya beberapa kilobyte.
Meskipun demikian, inovasi teknologi tempo dulu tersebut, membuka babak baru dalam penyimpanan dan pertukaran data digital di dunia komputerisasi.
Seiring perkembangan teknologi, IBM kembali memperkenalkan disket dengan versi ukuran lebih ringkas, seukuran 5,25 inci pada 1971.
Medium lawas 5,25 inci tersebut mampu menampung hingga 360 kilobyte data, menjadikannya pilihan populer bagi pengguna komputer generasi pertama.
Transformasi berlanjut hingga 1982. Disket ukuran 3,5 inci hadir dengan kapasitas 1,44 megabyte. Menjadi format standar global pada era 1980 hingga 1990-an.
Pada masa keemasannya, medium lawas yang disebut disket, floppy disk atau cakram liuk itu, menjadi satu perangkat wajib untuk komputer pribadi (PC).
Mulai dari instalasi sistem operasi, penyimpanan dokumen, hingga berbagi data antarperangkat, semuanya bergantung pada disket.
Hampir semua komputer dilengkapi floppy disk drive (FDD), sehingga disket benar-benar melekat dalam kehidupan digital pengguna generasi lama.
Disket yang Perlahan Mulai Terlupakan
Namun masa emas dan kejayaan disket, perlahan mulai pudar. Perkembangan teknologi penyimpanan data sangat cepat, membuat disket terlupakan.
Kemunculan CD-ROM, USB flash drive (diska lepas), hard disk modern, SSD, hingga layanan cloud storage menjadikan kecepatan disket, tidak lagi relevan.
Keterbatasan penyimpanan data yang hanya hitungan megabyte, membuat disket tertinggal di tengah kebutuhan penyimpanan data yang semakin besar.
Memasuki era 2000-an, produsen komputer mulai menghilangkan FDD dari produk. Laptop dan PC modern tidak lagi menyediakan slot disket.
Hal ini pula yang menyebabkan pengguna semakin jarang menggunakan dan berinteraksi dengan medium lawas dan klasik ini.
Zaman modern saat ini, disket, floppy disk atau cakram liuk, nyaris sepenuhnya menghilang dari kehidupan digital komputer sehari-hari.
Tidak Sepenuhnya Hilang dari Peredaran
![]() |
| Koleksi disket berwarna. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Meskipun demikian, disket belum sepenuhnya mati. Beberapa sistem lama seperti mesin industri hingga instrumen generasi lawas, masih mengandalkan disket.
Selain itu, disket digunakan untuk pembaruan perangkat lunak dan di sisi lain, kolektor juga menjadikannya artefak digital atau barang antik bernilai historis.
Terlepas dari minimnya fungsi praktis saat ini, kontribusi disket dalam perjalanan teknologi komputerisasi tidak dapat diabaikan.
Disket menjadi pionir media penyimpanan portable yang membuka jalan bagi hadirnya berbagai inovasi penyimpanan modern.
Keberadaan disket sebagai media penyimpanan data, memberi fondasi awal bagi revolusi teknologi informasi yang berkembang saat ini.
Kini, disket, floppy disk atau cakram liuk tersebut mungkin hanya tinggal kenangan dan nostalgia. Namun nilai historisnya tetap abadi.
Medium lawas ini juga sebagai simbol awal transformasi digital yang mengubah cara manusia menyimpan data dan berbagi informasi. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa


