Jejak Perjalanan Detik dan Waktu Kedai Klasik di Kota Lama Tanjungpinang
![]() |
| Jejak perjalanan detik dan waktu kedai klasik di Kota Lama Tanjungpinang, 2010 silam. Arsip Foto: Yusnadi Nazar |
Cerita Kedai Klasik Tempo Dulu yang Tetap Berdetak |
Kedai klasik ini bukan sekadar ruang usaha, melainkan ruang hidup bagi usaha servis arloji yang telah menemani kehidupan dari generasi ke generasi.
Berukuran sekitar 1 x 2 meter, kedai klasik di Jalan Merdeka Tanjungpinang ini, tampak bersahaja tanpa gemerlap maupun papan nama mencolok.
Namun, siapa yang mengenalnya akan tahu, di sinilah kedai klasik 'Pak Achyar' berada. Titik rujukan masyarakat yang ingin menghidupkan arloji yang berhenti berdetak.
Lokasinya mudah dijangkau. Terletak di Jalan Merdeka Kota Lama Tanjungpinang. Kedai klasik ini kerap disambangi pelanggan yang membawa berbagai jenis arloji.
Dari sekadar ganti baterai hingga perbaikan mesin arloji atau jam tangan yang rumit hingga mengganti mesin agar arloji terus berdetak.
Achyar, sang pendiri kedai klasik ini merupakan perantau asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Lahir pada 1943, ia tiba di Tanjungpinang pada 1965.
Baca Juga: Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu
Setahun kemudian, Almarhum Achyar mulai membuka jasa servis arloji. Kiprahnya berlangsung puluhan tahun hingga akhirnya keahlian itu diwariskan kepada putranya, Gustiar.
Kini, Gustiar menjadi sosok yang meneruskan estafet keahlian sang ayah. Baginya, kedai klasik ini tidak hanya ladang rezeki, tetapi ruang kenangan yang tidak ternilai.
"Usaha ini bukan sekadar mencari nafkah. Ini adalah warisan dan kenangan almarhum ayah kami yang merintisnya sejak 1966," kata Gustiar.
Sejak 2003, Gustiar resmi mengambil alih kedai klasik tersebut. Meski awalnya tidak pernah bercita-cita menjadi teknisi arloji, perlahan ia menekuni profesi ini dengan kesungguhan.
Gustiar mengungkapkan, sejak duduk di bangku SMA, dirinya mulai belajar memperbaiki jam tangan secara otodidak.
Menurut Gustiar, ia jarang meminta langsung ilmu dari sang ayah. Ia lebih memilih mencoba dan belajar sendiri, baru akan bertanya, jika menemui kesulitan.
Baca Juga: Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama
"Kami coba-coba sendiri dulu. Kalau sudah benar-benar tak sanggup, barulah minta arahan ayah," kenangnya.
Setelah lulus dari SMA Negeri 2 Tanjungpinang 1991, Gustiar melanjutkan studi ke Sumatera Barat dan meraih gelar Sarjana Agama dari IAIN Imam Bonjol, Padang.
Sebelum mengambil alih usaha ayahnya, Gustiar sempat mengejar cita-cita menjadi guru dan PNS, namun berbagai upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil.
Akhirnya, Gustiar memantapkan hati untuk kembali ke Tanjungpinang. Menjadi teknisi arloji dan meneruskan usaha keluarga yang sempat ia kesampingkan.
Kini, lebih dari dua dekade mengelola Kedai Pak Achyar, Gustiar mengaku mampu mencukupi kebutuhan keluarganya dari keahlian yang ia tekuni tersebut.
"Alhamdulillah, rezeki sudah diatur Allah. Selama kami masih bisa membantu pelanggan, kami akan tetap berusaha memberikan yang terbaik," ujar ayah dua anak itu.
Peran Vital Seorang Teknisi Arloji
Menurut Gustiar, profesi teknisi arloji memiliki peran vital dalam menjaga performa arloji atau jam tangan agar tetap berfungsi optimal.
Mulai dari perawatan rutin, perbaikan kerusakan ringan hingga penanganan masalah serius seperti penggantian mesin dan perlu servis berkala.
Seorang teknisi, kata Gustiar, harus memiliki ketelitian tingkat tinggi dalam mengenali jenis, merek, kualitas, hingga karakteristik setiap arloji atau jam tangan.
Baca Juga: Kisah Lorong Klasik dan Memori Tempo Dulu di Kota Lama Tanjungpinang
"Profesi ini sangat penting. Arloji atau jam tangan juga butuh perawatan rutin agar usia pakainya lebih panjang," jelasnya.
Di kedai klasik itu, Gustiar melayani berbagai kebutuhan servis, seperti penggantian baterai dan perbaikan motor penggerak.
Bisa juga penggantian kaca pecah, hingga pergantian tali dari berbagai bahan seperti kulit, besi, maupun kanvas," ujarnya.
Pasar Arloji Klasik yang Tetap Hidup
![]() |
| Gustiar dan kedai klasik di Jalan Merdeka Kota Lama Tanjungpinang, 2010 silam. Arsip Foto: Yusnadi Nazar |
Sejak 2016, kedai klasik ini mulai memasarkan jam tangan seken berkualitas berbagai merek ternama seperti Rolex, Seiko, Omega, Tag Heuer, Breitling dan lainnya.
Meski berstatus jam tangan bekas, jam-jam tersebut, kata Gustiar, tetap diburu dan diminati sejumlah kalangan karena keunikan dan nilai historis.
Pelanggan Gustiar tidak hanya berasal dari Tanjungpinang dan Bintan, namun juga dari berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Baca Juga: Memori Transpot Klasik Menghiasi Jalanan Kota Tanjungpinang
Pemburu arloji klasik dari Medan, Jakarta, Bandung, Lampung, Palembang, Riau, Surabaya hingga Kalimantan kerap menghubunginya untuk mendapatkan koleksi yang mereka incar.
"Alhamdulillah, selalu ada saja peminat arloji klasik yang mempercayakan perbaikan maupun pembelian di kedai kami," tutup Gustiar.
Keberadaan kedai klasik Pak Achyar ini menjadi bukti bahwa di tengah gempuran teknologi digital dan perubahan zaman, jasa tradisional mampu bertahan dan terus berdetak, seperti waktu itu sendiri. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar


