Lintasan Singkat yang Menyimpan Jejak Historis dan Napas Klasik Kota Lama
![]() |
| Salah satu bangunan klasik tempo dulu yang berada di lintasan singkat Jalan Bintan, Kota Lama Tanjungpinang. Arsip Foto: © Yusnadi Nazar |
Menyusuri Lintasan Singkat Legendaris di Kota Lama Tanjungpinang
Di tengah pembangunan yang terus menggeliat di Kota Lama Tanjungpinang, masih tersisa sebuah lintasan singkat yang menyimpan napas klasik tempo dulu.
Lintasan singkat legendaris ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Tanjungpinang tempo dulu, sekaligus menghadirkan atmosfer klasik yang tetap terasa hingga kini.
Selain itu, lintasan singkat itu dikenal sebagai jalan utama terpendek di Kota Lama Tanjungpinang. Meskipun membentang hanya sekitar 200 meter, jalan ini tetap memiliki peran strategis.
Meskipun lintasan singkat, namun dikelilingi oleh ruas jalan yang penting di kawasan Kota Lama Tanjungpinang seperti Jalan Masjid, Jalan Yusuf Kahar, Jalan SM Amin dan Jalan Merdeka.
Di balik ukuran panjang yang ringkas, tersimpan kisah historis yang tidak sederhana. Setiap jengkalnya merekam perjalanan waktu.
Suasana yang terkadang hening pada lintasan singkat itu, menghadirkan gambaran autentik tentang kehidupan masyarakat Kota Lama Tanjungpinang.
Baca Juga: Kota Lama Tanjungpinang, Jejak Atmosfer Klasik yang Tidak Lekang oleh Waktu
Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur lawas, toko-toko bercorak lama menjadi elemen visual yang menguatkan identitas klasik lintasan singkat ini.
Perkenalkan! lintasan singkat legendaris itu bernama Jalan Bintan. Berlokasi tepat di kawasan Batu Nol, Kota Lama Tanjungpinang.
Jalan Bintan sejak lama terkenal sebagai urat nadi aktivitas perniagaan. Di sinilah para pedagang, pelaut dan masyarakat dari berbagai penjuru Kepri berlalu-lalang.
Sejak tempo dulu hingga masa kini, Jalan Bintan menjadi penghubung menuju pelabuhan rakyat, tempat kapal-kapal kayu bersandar mengangkut hasil laut dan rempah-rempah.
Kendati kini kesibukan tidak seramai dahulu, pesona klasik tetap terjaga. Bangunan tua dengan jendela kayu dan cat pudar, berdiri kokoh seolah menolak dilupakan.
Baca Juga: Riwayat dan Jejak Tempo Dulu di Balik Kota Tua di Pulau Bintan
Di beberapa sudut, aroma kopi dari kedai-kedai lama berpadu dengan bau kuliner khas, menciptakan suasana hangat yang menyentuh ingatan masyarakat.
Jalan Bintan bukan hanya sekadar ukuran panjang, melainkan ruang nostalgia yang menyatukan tempo dulu dan masa kini dalam harmoni klasik yang khas.
Bagi sebagian masyarakat, Jalan Bintan mungkin hanya penghubung antar simpang. Namun bagi yang memahami jejaknya, Jalan Bintan adalah lorong waktu.
Sebuah lintasan singkat yang memuat sejuta cerita nostalgia dan kenangan tentang denyut awal perkembangan Kota Lama Tanjungpinang.
Kini, upaya pelestarian terus digalakkan oleh pemerintah setempat agar karakter klasik Jalan Bintan tidak tergerus arus modernisasi.
Penataan kawasan ini diharapkan tetap mengedepankan nilai historis dan estetika sebagai identitas penting Kota Lama Tanjungpinang.
Jejak Historis Jalan Bintan
Peneliti BRIN Dedi Arman, menyebutkan bahwa Jalan Bintan yang membentang sekitar 200 meter, masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjungpinang Kota.
Menurut Dedi, kawasan ini pada mulanya dikenal dengan nama Bentan. Sebuah istilah yang dalam tradisi lokal bermakna peristiwa salah makan yang dialami perempuan hamil.
Dari peristiwa itulah, masyarakat pada abad ke-19, mengenal sebutan Bentan. Kemudian bertransformasi menjadi Bintan dan diabadikan sebagai nama kampung serta nama jalan.
"Masjid Agung Al Hikmah atau Masjid Keling sudah berdiri sejak 1834. Jalan Bintan tentu sudah ada," ungkap Dedi.
Pada abad ke-19, pemerintah kolonial mulai membangun pusat-pusat administrasi, rumah ibadah, dan jaringan jalan utama di Tanjungpinang.
Termasuk Jalan Bintan yang menjadi salah satu ruas jalan penting sebagai penghubung dan untuk menopang aktivitas perniagaan di Kota Lama Tanjungpinang tempo dulu.
Baca Juga: Pertempuran Heroik Raja Haji Fisabilillah, Simbol Hari Jadi Kota Tanjungpinang
"Jadi Jalan Bintan dan beberapa jalan utama lain di kawasan Kota Lama Tanjungpinang sudah terbentuk sejak abad ke-19," tegas Dedi.
Kawasan ini juga menjadi pusat perniagaan tempo dulu. Pedagang lokal, Eropa dan Asia, kerap melintasi Jalan Bintan menuju pelabuhan. Melakukan aktivitas jual beli serta distribusi barang.
"Lintasan singkat ini merupakan jalur strategis menuju pelabuhan tradisional di Kota Lama Tanjungpinang yang menjadi pusat keluar-masuknya komoditas," tambahnya.
Dedi menegaskan, pentingnya menjaga nilai historis dan karakter klasik Jalan Bintan agar tetap lestari di tengah laju perkembangan zaman dan pembangunan modern.
"Jalan Bintan meskipun lintasan singkat, perlu dipercantik dengan tetap mempertahankan nuansa klasik yang menjadi identitas Kota Lama Tanjungpinang," tutupnya. (*)
Penulis: Yusnadi Nazar

