Ruang Nostalgia Tempo Dulu, Saksi Bisu Tumbuhnya Literasi dan Minat Baca di Tanjungpinang
![]() |
| Taman Bacaan legendaris, jadi ruang nostalgia tempo dulu dan saksi bisu tumbuhnya literasi dan minat baca di Tanjungpinang. Arsip Foto: Yusnadi Nazar |
Taman Bacaan Legendaris, Eksis Sejak 1970, Koleksi Puluhan Ribu Buku Lawas
Taman bacaan yang legendaris itu bukan hanya sekadar tempat membaca buku, melainkan sumber ilmu pengetahuan dan berkembangnya imajinasi. Ia menjadi saksi bisu perjalanan tumbuhnya minat baca dan literasi anak-anak Generasi X di Tanjungpinang, tempo dulu.
Kota Tanjungpinang, tempat lahirnya Gurindam 12 mahakarya Raja Ali Haji yang sarat makna, ada sebuah taman bacaan yang legendaris. Taman bacaan ini menjadi tempat mencari kata-kata dari ribuan halaman lembaran kertas.
Tempo dulu, sekitar tahun 1970-an, di sudut Jalan Teratai Kota Lama Tanjungpinang yang tenang, jauh sebelum dunia digital menguasai keseharian anak-anak, berdiri sebuah ruang yang menjadi sumber pengetahuan. Tempat belajar dan membaca generasi muda di Tanjungpinang.
Ruang sederhana dengan rak-rak penuh buku majalah, buku cerita, komik, novel, buku pelajaran hingga ensiklopedia, menjadi magnet bagi anak-anak Generasi X (kelahiran 1965-1980) dan Generasi Milenial (kelahiran 1980-1996).
Setiap sore hari usai belajar di sekolah, anak-anak dan generasi muda kala itu, biasanya berbondong-bondong datang ke taman bacaan demi membaca buku. Lalu tenggelam dalam dunia kata-kata dan gambar.
Baca Juga: Jejak Perjalanan Detik dan Waktu Kedai Klasik di Kota Lama Tanjungpinang
Tidak sedikit yang mengaku, minat baca lahir dari sana. Anak-anak yang rajin berkunjung kemudian tumbuh menjadi guru, wartawan, pegawai negeri, hingga pengusaha dan berbagai profesi lainnya. Semua itu bermula dari halaman buku yang dibaca saat masa kecil.
Meskipun era digital dan teknologi terus berkembang, namun jejak taman bacaan legendaris di Tanjungpinang, masih ada. Taman bacaan yang awalnya bernama Taman Bacaan Singgalang dan berubah menjadi Taman Bacaan Doraemon itu, kini masih eksis dan bertahan.
Bagi siapa pun Generasi X di Tanjungpinang yang pernah merasakannya, Taman Bacaan Singgalang atau Taman Bacaan Doraemon adalah ruang nostalgia tempo dulu mencari kata-kata lewat lembaran kertas, dan saksi bisu lahirnya kegemaran membaca buku.
“Kami ingat. Waktu itu, pulang sekolah, sama kawan-kawan naik transpot (angkutan kota) dari rumah ke Taman Bacaan Singgalang (Doraemon), untuk baca buku komik dan novel," kenang Nuryenis (50).
Baca Juga: Memori Destinasi Kuliner Legendaris di Kota Klasik Tanjungpinang
Baginya dan siapa pun yang pernah merasakan ruang sederhana itu, Taman Bacaan Singgalang adalah ruang imajinasi. Tempat untuk menemukan tokoh-tokoh inspiratif dan menumbuhkan minat baca dan mimpi hingga cita-cita.
"Pokoknya penuh nostalgia masa kecil. Apalagi kalau sudah membaca sekalian buat PR (tugas sekolah) di Singgalang bersama kawan-kawan, ya bisa berjam-jam," kata warga Tanjungpinang yang tumbuh besar di era 1980-an ini.
Menurutnya, keberadaan taman bacaan di zaman modern saat ini, seperti penanda bahwa belajar dan membaca langsung dari buku, adalah hal baik yang tidak boleh hilang dari muka bumi.
Keberadaan Taman Bacaan Singgalang atau Taman Bacaan Doraemon, membuktikan bahwa tradisi membaca di Tanjungpinang, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah sirna.
"Bagi kami, membaca pakai buku adalah hal yang penting. Itu yang kami ajarkan ke anak-anak kami untuk menambah pengetahuan," jelas Sarjana Sastra Inggris ini.
Taman Bacaan Doraemon Tetap Bertahan, Kini Dikelola Generasi Kedua
![]() |
| Pengelola generasi kedua Taman Bacaan legendaris, Iyang (kiri) dan Emi. Arsip Foto: Yusnadi Nazar |
Taman Bacaan Singgalang atau Taman Bacaan Doraemon milik Almarhum Haleruddin, telah bergeser dari kawasan Kota Lama Tanjungpinang ke kawasan Kampung Baru Tanjungpinang.
Saat ini, taman bacaan legendaris yang berlokasi di sudut Jalan Dr. Sutomo Tanjungpinang itu, dikelola oleh generasi kedua. Dijalankan oleh anak Almarhum Haleruddin yaitu Emi (60) dan Iyang (47).
"Dahulu sekitar tahun 1980-an, ramai yang baca buku di sini (Taman Bacaan Singgalang)," ungkapnya.
Emi bercerita, Almarhum orang tuanya telah membuka Taman Bacaan Singgalang saat belum adanya gawai dan internet. Minat baca anak-anak di Tanjungpinang kala itu, tengah tumbuh dan meningkat.
Sejak 1970-an, kata Emi, almarhum Haleruddin membuka Taman Bacaan Singgalang di Jalan Teratai Kota Lama Tanjungpinang. Kemudian membuka cabang di Jalan Teuku Umar Kota Lama Tanjungpinang.
Banyaknya permintaan peminjaman buku bacaan pada awal tahun 1990, Almarhum Haleruddin kemudian melebarkan sayap dengan membuka Taman Bacaan Doraemon di Jalan Tugu Pahlawan Tanjungpinang.
"Setelah puluhan tahun beroperasi, pada tahun 2007, Taman Bacaan Singgalang tutup. Tinggal lah Taman Bacaan Doraemon yang kami kelola saat ini," kata mantan Pegawai Telkom Tanjungpinang ini.
Baca Juga: Langit Jingga Terindah di Kota Klasik, Memori Senja Tepi Laut Tanjungpinang
Almarhum Haleruddin, cerita Emi, membeli dan membawa langsung koleksi buku-buku tersebut dari Jakarta. Buku-buku tersebut kemudian diletak di Taman Bacaan Singgalang dan Taman Bacaan Doraemon.
"Alhamdulillah, koleksi puluhan ribu buku itu sekarang masih terawat meski tampak sudah usang," katanya.
Sejak awal beroperasi hingga kini, dua taman bacaan ini, memiliki puluhan ribu koleksi buku-buku lawas. Mulai dari komik, majalah anak, novel hingga buku-buku pelajaran sekolah.
"Ada juga yang sudah terjual dan lupa dikembalikan. Kalau dihitung sejak awal orang tua kami buka, mungkin bisa sampai ratusan ribu buku," ujar Emi.
Saat ini, Emi menilai, minat membaca anak-anak Generasi Z (kelahiran 1997-2012) dan Generasi Alpha (kelahiran 2013 hingga sekarang) di Tanjungpinang, mulai kembali bergairah.
"Kami sempat tutup empat tahun. Tahun 2017 sampai 2021. Tahun-tahun itu, minat baca buku sudah mulai berkurang. Mungkin karena pengaruh gawai," jelasnya.
Pada tahun 2022, Emi bersama adiknya bersepakat untuk meneruskan kembali taman bacaan yang telah dirintis orang tuanya puluhan tahun silam. Tujuannya adalah untuk kembali menggairahkan minat baca anak-anak di Tanjungpinang.
"Daripada puluhan ribu buku-buku itu berdebu, lebih baik kami buka lagi taman bacaan ini biar anak zaman sekarang kembali membaca pakai buku," kata Emi.
Baca Juga: Hikayat Bukit Legendaris di Tanjungpinang, Benteng Alam Tempo Dulu
Menurutnya, saat ini banyak orang tua di Tanjungpinang yang telah menyadari bahwa membaca dan belajar langsung melalui buku, adalah hal yang penting. Sebab dengan membaca buku, anak-anak tidak akan bergantung pada gawai yang ada saat ini.
"Untuk anak-anak sekolah, baca buku apapun di sini, gratis. Bagi yang mau nostalgia dan mengenang masa kecil, bisa langsung baca dan sewa buku di sini," ajak alumnus Smanda Tanjungpinang tahun 1984 ini.
Selain itu, Emi juga membuka taman bacaan di tempat tinggalnya di Kampung Bukit Tanjungpinang. Beberapa kali dalam sebulan, Emi membawa berbagai macam buku bacaan untuk dibaca oleh anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya.
"Seminggu sekali, kami buka kelompok membaca buku untuk anak-anak di Kampung Bukit. Alhamdulillah banyak anak yang suka membaca," ujarnya bersyukur.
Emi menambahkan, untuk menumbuhkan minat baca anak-anak di mana pun berada, Taman Bacaan Doraemon juga telah menjual buku pelajaran, komik dan novel koleksi lawas, secara daring (online) melalui platform digital.
"Kami juga jual (buku) online. Alhamdulillah ada juga yang pesan dari Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Di Tanjungpinang banyak juga yang beli online," tutup Emi sambil tersenyum. (*)
Penulis: Hal Maliq Hanifa

